Halaman

Senin, 04 November 2013

TERAPI RELIGIUS SEBAGAI METODE DAKWAH ALTERNATIF

TERAPI RELIGIUS SEBAGAI METODE
 DAKWAH ALTERNATIF

D
I
S
U
S
U
N
 Oleh:
MUHAMMAD FAJRI   : 421006007

logo-iain-arraniry-banda-aceh.jpg

JURUSAN BIMBINGGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH IAIN AR-RANIRY
                            DARUSSALAM BANDA ACEH   
2011

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang dengan quddrah dan iradah-Nya penulis sudah selesai menyusun makalah dengan judul “ Terapi Religius Sebagai Metode Dakwah Alternatif “.
Selawat dan salam penulis sampaikan kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW, juga sahabatnya yang telah susah payah dalam memperjuangkan Agama Allah di muka bumi ini. Sehingga pada saat ini kita masih merasakan hasil perjuangannya.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Mata Kuliah “ Psikologi Dakwah   “ yang telah membimbing penulis dalam upaya menyelesasikan makalah ini. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada kawan-kawan yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis sehingga makalah ini telah terselesaikan.
            Saya  menyadari bahwa makalah ini mungkin belum sempurna. Oleh karena itu laporan ini masih membutuhkan masukan agar makalah ini menjadi lebih baik dan sempurna. Berkaitan dengan hal tersebut saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, khususnya dari dosen pembimbing.




Banda Aceh, 22 Desember 2011


Penulis



i
DAFTAR ISI



Kata Pengantar ........................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................... ii
BAB I
Pendahuluan
A.        Latar Belakang......................................................................... ............. 1
BAB II
Pembahasan
A.    Terapi Religius Sebagai Metode dakwah Alternatif................... 3
1.     Pengertian Terapi Religius............................................... 3
B.     Model-Model Terapi Dalam Al-Quran...................................... 6
1.     Terapi Dengan Keimanan dan Rasa Aman...................... 6
2.     Terapi Dengan Ibadah..................................................... 7
a.   Terapi Melalui Shalat.................................................... 7
b.  Terapi Melalui Puasa.................................................. 8
c.   Terapi Melalui Zakat dan Sedeqah............................. 9
d.  Terapi Melalui Ibadah Haji........................................ 10
e.   Terapi Melalui Membaca Al-Quran........................... 11
f.     Terapi Melalui dengan Berdoa dan Berzikir............. 12
BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan............................................................................... .........  14
Daftar Pustaka................................................................................... ........  15






ii



BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
.
            Eksistensi Agama merupakan sarana pemenuhan kebutuhan esoteris manusia yang berfungsi untuk menetralisasi seluruh tindakannya. Tanpa bantuan agama manusia senantiasa bingung, resah, bimbang gelisah, dan sebagainya[1]. Sebagai akibatnya manusia tidak mampu memperoleh arti kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya.
            Kondisis jiwa yang tidak tenang, seperti gelisah, resah, bingung, dan sebagainya dapat dikategorikan dalam gangguan jiwa atau disebut dengan neuorosis. Dalam Alqur’an (ajaran agama Islam) disebut dengan jelas, bahwa dengan mengingat Allah, jiwa manusia akan menjadi tenang; bahwa Alqur’an adalah petunjuk dan sebagai obat, dan sebagainya.
(QS Al-Ra’d 13:28) yang artinya:
Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.
(QS Yunus 16:57) yang artinya:
Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
(QS Fushilat 41:44).
ö@è% uqèd šúïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä Wèd Öä!$xÿÏ©ur (
Artinya: katakanlah: Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.
            Agama Islam merupakan suatu ajaran agama yang universal dan mengatur seluruh kehidupan manusia. Oleh karena itu, persoalan manusia yang berkaitan dengan keresahan jiwa akan terselesaikan dengan baik manakala manusia menjadikan Islam sebagai way of life dalam kehidupannya. Dengan demikian, menjalankan ajaran agama Islam secara baik dan benar akan dapat menjadi terapi bagi penderita jiwa.
            Islam adalah agama[2] dakwah artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya ummat Islam sangat tergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya, karena itu Alqur’an dalam  kegiatan dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam agama Islam.
            Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut ummatnya agar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya. Kita semua menyadari bahwa dakwah Islam adalah tugas suci yang dibebankan kepada setiap muslim dimana sja ia berada. Hal ini termaktub dam Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah SAW, kewajiban dakwah menyerukan, dan menyampaikan agama Islam kepada masyarakat.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Terapi Religius Sebagai Metode dakwah Alternatif.
1.      Pengertian Terapi Religius.
Psikoterapi keagamaan yaitu terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran agama islam. Sebagaimana diketahuib bahwa dalam ajaran Islam mengandung tuntunan bagaimana kehidupan manusia bebas adri rasa cemas, tegang, depresi, dan sebagainya. Dalam do’a-do’a, misalnya, intinya adalah memohon agar kehidupan manusia diberi ketenangan, kesejahteraan, keselamatan baik dunia dan akhirat. Perlu digaris bawahi bahwa terapi ini dimaksudkan untuk memperkuat iman seseorang bukan untuk mengubah kepercayaan atau agama pasien.
Psikoterapi Islam adalah proses penyembuhan dan pengobatan suatu penyakit baik mental, spiritual, moral maupun fisik dengan melalui bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi SAW. Atau secara empiris adalah melalui bimbingan dan pengajaran Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, Nabi dan Rasul-Nya atau ahli waris para Nabi-Nya.
Psikoterapi dapat diartikan sebagai pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya, dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran dan emosinya sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.
Menurut Muhammad Mahmud Pengetahuan tentang psikoterapi sangat berguna untuk:
1.      Membantu penderita dalam memahami dirinya, mengetahui sumber-sumber patologi dan kesulitan penyesuaian diri serta memberikan perspektif masa depan yang lebih cerah dalam kehidupan jiwanya.
2.      Membantu penderita dalam mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi.
3.      Membantu penderita dalam menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan terapinya.
Muhammad Mahmud membagi psikoterapi dalam dua macam:
1.      Bersifat duniawi, yaitu terapi yang memberikan kerangka pendekatan dan teknik pengobatan serta pemahaman dasar-dasar penciptaan manusia.
2.      Bersifat ukharawi, yaitu dengan memberikan kerangka asasi terhadap nilai-nilai agama, moral dan spiritual.

Setiap agama mewajibkan ummatnya masing-masing untuk melakukan dakwah. Begitu pentingnya perintah dakwah ini sehingga sebagai cara dilakukan, dengan melalui berbagai macam media. Media dakwah merupakan urat nadi di dalam proses dakwah, media dakwah biasa juga disebut sarana dakwah, yang merupakan faktor yang dapat menentukan dan menetralisir proses dakwah. Pada dasarnya media dakwah ini dapat digolongkan menjadi :
1.      Lisan (dalam bentuk khotbah, pidato, ceramah, kuliah, diskus i,seminar, musyawarah, nasehat pidato-pidato radio, yang kesemuanya dilakukan dengan lidah atau dengan suara).
2.      Tulisan (dakwah yang dilakukan lewat tulisan. Misalnya : Buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, bulletin, risalah, kuliah tertulis dan sebagainya). Da’i yang spesial di bidang ini harus menguasai jurnalistik.
3.      Lukisan (gambar-gambar hasil seni lukis, film cerita dan sebagainya.
4.      Audio Visual (Suatu cara penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran. Misalnya dalam televisi, sandiwara, wayang dan sebagainya.
5.      Akhlak (penyampaian langsung ditunjukkan dalam bentuk perbuatan yang nyata. Misalnya menziarah orang yang sakit, kebersihan, pertanian dan sebagainya.
Berhasil atau tidaknya kegiatan dakwah bukan semata-mata ditentukan oleh besar kecil atau meriah tidaknya sambutan masyarakat terhadap kegiatan dakwah, akan tetapi dilihat dari ada dan tidaknya manusia yang mau kembali ke jalan Allah setelah menerima pesan dakwah. Untuk mempengaruhi dan mengajak masyarakat kembali ke jalan Allah tersebut diperlukan suatu cara-cara tertentu dengan sikap yang bijaksana, untuk itulah diperlukan suatu metode sebagai suatu sarana untuk dapat dipergunakan untuk mengkomunikasikan pesan dakwah dan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi dakwah. Menurut Abdul Kadir Munsyi, metode dakwah adalah " cara yang dipakai atau digunakan untuk memberikan dakwah. Metode ini penting untuk mengantarkan kita kepada tujuan yang sama akan dicapai ". Untuk itu di dalam penyusunan metode juga harus diperhatikan kondisi dari pada obyek dakwah, karena hal ini akan menyangkut efektivitas hasil dari pada dakwah itu sendiri. Dakwah sebagai pelayanan masyarakat adalah mata rantai yang menghubungkan agama sebagai wahyu Tuhan yang memerlukan petunjuk untuk kehidupannya. Di sini dakwah mempergunakan cara yang manusiawi pula, sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh RasulullahSAW. yang sangat dikenal dengan " Uswatun Hasanah " yakni metode percontohan langsung.
Dalam berdakwah perlu adanya pemilihan-pemilihan metode yang sekiranya sesuai dengan kondisi obyek dakwah. Karena tidak mungkinantara obyek dakwah satu dengan obyek dakwah yang lain semua sama. Oleh karena itu seorang da’i dalam hal ini dituntut kejelian dan kemampuannya untuk menganalisa obyek sebagai sasaran dakwahnya agar pelaksanaan dakwahnya berjalan lancar dan memberikan hasil yang memuaskan. Pemilihan metode dakwah dalam menyampaikan pesan dakwah sangat penting, hal ini juga pernah dilakukan oleh Rasulullah dalam menyampaikan risalah dakwah beliau. Pada masa permulaan Islam hadir dan masih dirasa sangat asing bagi masyarakat bangsa Arab pada zaman itu, maka Rasulullah pun melakukan dakwahnya dengan sembunyi-sembunyi akan tetapi setelah situasi berubah dan Islam mulai dikenal oleh kalangan masyarakat Arab dan oleh situasi yang memungkinkan. Maka Rasulullah juga merubah metode dakwahnya dengan cara terang-terangan dan itupun beliau lakukan dengan cara persuasif. Akan tetapi lama kelamaan kegiatan dakwah semakin gencar dan demikian juga halangan semakin menghadang gerak beliau, maka Rasulullah pun mengadakan dakwah dengan melalui jalur yang lebih keras untuk mengimbangi situasi yang ada seperti lewat jihad untuk melawan kaum kafir Quraisy.
Demikian juga halnya dengan penggunaan media, pada waktu Rasulullah menyiarkan dakwahnya keluar negeri seperti ke Syiria Mesir, ke Konstantinopel dan negeri-negeri yang lain, maka hal ini Rasulullah merubah metode dakwah dari verbal communication menjadi non verbal communication yakni dengan memanfaatkan media tulis untuk sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dakwahnya yakni melalui via surat untuk disampaikan kepada raja-raja di negeri luar, yang demikian ini juga karena semata- mata faktor situasi dan kondisi obyek dakwah. Maka demikian kegiatan dakwah sebagai proses penyampaian ajaran Islam kepada masyarakat akan semakin fleksibel.

B.     Model-Model Terapi Dalam Al-Quran.
1.      Terapi Dengan Keimanan dan Rasa Aman.
Dalam Al-Quran telah digambarkan secara gamblang bagaimana iman kepada Allah bisa mendatangkan rasa aman dan ketenangan, sebagaimana firman-Nya di dalam surah al-An’aam, ayat 82;
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä óOs9ur (#þqÝ¡Î6ù=tƒ OßguZ»yJƒÎ) AOù=ÝàÎ/ y7Í´¯»s9'ré& ãNßgs9 ß`øBF{$# Nèdur tbrßtGôgB  
Orang-orang Yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka Dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang Yang mendapat keamanan dan merekalah orang-orang Yang mendapat hidayah petunjuk.
Yang dimaksud keimanan di sini adalah keimanan yang murni tanpa adanya campuran dengan ibadah selain Allah. Itulah keimanan yang mendatangkan ketenangan dan juga petunjuk ke jalan kebenaran dan kebaikan.
Iman kepada Allah SWT, mengesakan-Nya, dan beribadah kepada-Nya bukan hanya menjadi faktor penting untuk kesehatan psikis, namun juga menjadi faktor penting untuk terapi penyakit jiwa. Iman kepada Allah-bertauhid, dan mendekatkan diri kepada-Nya-dengan cara beribadah, taat, dan berpegang teguh pada taqwa, mengerjakan segala sesuatu yang diridhai Allah SWT dan Rasul-Nya, serta menjauhi segenap larangan-Nya, akan mampu memberikan kekuatan spiritual yang dahsyat pada diri seseorang, dalam setiap kondisi dan situasi. Kekuatan tersebut benar-benar luar biasa memberikan pengaruh pada fisik dan psikis.



2.      Terapi Dengan Ibadah.
Sesungguhnya menunaikan ibadah yang telah diwajibkan Allah mampu membersihkan jiwa. Menunaikan ibadah merupakan suatu cara untuk menghapuskan dosa dan memperkuat ikatan seorang mukmin kepada Allah. Seseorang akan banyak belajar hal-hal yang positif dari menunaikan ibadah, diantaranya adalah belajar bersabar, terbiasa menanggung beban berat, menggembleng jiwa, mengekang hawa nafsu, taat kepada peraturan, mencintai orang lain, memiliki rasa solidaritas, mau memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan, mau menolong, memiliki tanggung jawab sosial, dan masih banyak hal positif lain yang dapat diambil dan sekaligus menjadi indikator penting kesehatan mental.
Berikut merupakan ibadah-ibadah yang juga merupakan terapi dalam Islam yang disebutkan di dalam Al-Quran.
a.      Terapi Melalui Shalat.
Selain memiliki dimensi ibadah yang sangat tinggi nilainya, shalat juga memiliki dampak yang sangat positif bagi sisi kejiwaan manusia. Di dalam pelaksanaan ibadah shalat, terkandung prinsip upaya pencegahan dan penyembuhan terhadap stres.[3] Shalat merupakan solusi awal yang tepat untuk mengatasi stres karena shalat akan menghapus penyebab utama dari berlakunya stres yaitu perbuatan maksiat atau keji dan mungkar. Sepertimana yang telah dijelaskan di dalam Al-Quran, surah al-A’nkabut ayat 45;
 žcÎ) no4qn=¢Á9$# 4sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍s3ZßJø9$#ur 3 ãø.Ï%s!ur «!$# çŽt9ò2r& 3 ª!$#ur ÞOn=÷ètƒ $tB tbqãèoYóÁs?  
Artinya:     Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat itu) lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.[4]

Dalam konteks shalat sebagai pencegahan dan penyembuhan terhadap gangguan jiwa ini, Ibnu Al-Qayyim dalam Usman Nadjati (2000)[5] menyatakan:
“Shalat memiliki peranan besar dalam menyenangkan, menguatkan, melapangkan, dan memuaskan hati. Melalui shalat seseorang dapat merasakan hubungan dan kedekatan dengan Allah dan merasakan kenikmatan berdzikir, bermunajat, dan berdiri kokoh dihadapan-Nya, memberikan hak serta menggunakan seluruh anggota badan dan potensinya dalam menyembah-Nya.

Selain itu, shalat juga dapat dijadikan terapi penyembuhan bagi pasien gangguan jiwa. Bacaan dan kegiatan dalam proses melaksanakan solat ternyata dapat menjadi terapi bagi gangguan kejiwaan seperti depresi, tekanan jiwa atau stres yang berat. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan terhadap pasien Rumah Sakit Jiwa Aceh. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa solat adalah salah satu metode penyembuhan yang efektif terhadap pasien gangguan jiwa yang relatif tenang.[6]
Ibadah shalat sememangnya akan menciptakan perasaan tenang dan damai, menghapus perasaan gelisah dan ketegangan-ketegangan pikiran dan emosional yang ditimbulkan oleh berbagai msalah kehidupan. Sementara gerakan-gerakan shalat seperti berdiri, ruku’, sujud yang berulang-ulang akan menjadikan otot-otot yang kaku dan tegang menjadi rileks dan gejala stres secara tidak lansung akan terhapus.
b.      Terapi Melalui Puasa.
Puasa merupakan salah satu latihan dan didikan bagi jiwa dan banyak mengandung terapi penyakit kejiwaan dan penyakit fisik. Allah berfirman akan kewajiban berpuasa di dalam Al-Quran, surah al-Baqarah ayat 183;
$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$# $yJx. |=ÏGä. n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs?  
Wahai orang-orang Yang beriman! kamu Diwajibkan berpuasa sebagaimana Diwajibkan atas orang-orang Yang dahulu daripada kamu, supaya kamu bertaqwa.
            Dalam tafsir Jalalain, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah “supaya kalian menghindari maksiat. Sesungguhnya puasa meredakan keinginan syahwat dari akarnya”.
c.       Terapi Melalui Zakat dan Sedeqah.
Secara bahasa, zakat berarti kesuburan, kesucian dan keberkahan. Zakat adalah satu nama yang diberikan untuk harta yang dikeluarkan oleh manusia sebagai hak Allah yang diserahkan kepada orang-orang fakir. Dinamakan zakat karena di dalamnya terdapat harapan akan adanya keberkahan, kesucian jiwa dan berkembang di dalamnya kebaikan.[7]
Dengan membayar zakat umat Islam mendapatkan manfaat yang tidak sedikit. Zakat memiliki manfaat untuk meningkatkan kesederhanaan seseorang dan juga mencegah seseorang dari perbuatan mementingkan diri sendiri. Mengeluarkan zakat untuk para fakir miskin dan orang yang membutuhkan merupakan suatu latihan bagi orang Islam agar ia bisa bersikap baik kepada mereka dan membantu mereka.[8] Allah telah menjanjikan balasan yang baik bagi mereka yang mengerjakan zakat melalui firman-Nya di dalam Al-Quran, surah al-Baqarah, ayat 277;
¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4qŸ2¨9$# óOßgs9 öNèdãô_r& yZÏã öNÎgÎn/u Ÿwur ì$öqyz öNÎgøŠn=tæ Ÿwur öNèd šcqçRtóstƒ  
Artinya;        Sesungguhnya orang-orang Yang beriman, mengerjakan kebaikan, melaksanakan salat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.[9]

Selain dari itu, para penerima zakat diperintahkan berdoa untuk para pemberi agar mereka (yang member zakat) mendapat kebaikan. Sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam Al-Quran, surah at-Taubah, ayat 103;
õè{ ô`ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y|¹ öNèdãÎdgsÜè? NÍkŽÏj.tè?ur $pkÍ5 Èe@|¹ur öNÎgøn=tæ ( ¨bÎ) y7s?4qn=|¹ Ö`s3y öNçl°; 3
Artinya;     Ambilah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdo’alah untuk mereka, kerana Sesungguhnya do’amu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka.[10]
Dalam ayat di atas, tampak bagaimana zakat dapat membersihkan dan menyucikan jiwa dengan cara meningkatkan posisinya karena kebaikan dan keberkahan hartanya hingga ia berhak untuk mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.[11] Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa zakat merupakan sebuah terapi bagi menenangkan jiwa. dengan mengerjakan zakat, seseorang itu akan memperoleh ketenangan hati serta kebesaran jiwa yang membawa kebahagiaan dalam kehidupannya. Maka dengan itu, jiwanya akan terbebas dari bebanan stres yang selama ini mengganggu kebahagiaan hidupnya.
d.      Terapi Melalui Ibadah Haji.
Haji adalah suatu ibadah yang merupakan rukun islam yang kelima dimana manusia melakukan perjalanan spiritual untuk memenuhi panggilan dan seruan Allah bagi mereka yang mampu secara material dan spiritual. Di dalam ibadah haji terkandung nilai spiritual dan sosial yang memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk pribadi yang kuat dan teguh secara mental dan spiritual.
Ibadah haji mengajarkan manusia untuk menanggung kesulitan dan melatih untuk berjihad melawan dorongan nafsu serta mengontrol kecenderungan nafsu syahwatnya sebagaimana yang telah diterangkan di dalam Al-Quran, surah Al-baqarah, ayat 197:
kptø:$# ֍ßgô©r& ×M»tBqè=÷è¨B 4 `yJsù uÚtsù  ÆÎgŠÏù ¢kptø:$# Ÿxsù y]sùu Ÿwur šXqÝ¡èù Ÿwur tA#yÅ_ Îû Ædkysø9$# 3 $tBur (#qè=yèøÿs? ô`ÏB 9Žöyz çmôJn=÷ètƒ ª!$# 3 (#rߊ¨rts?ur  cÎ*sù uŽöyz ÏŠ#¨9$# 3uqø)­G9$# 4 Èbqà)¨?$#ur Í<'ré'¯»tƒ É=»t6ø9F{$#  
Artinya:     (Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barang siapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats)[12], berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik kamu kerjakan, Allah mengetahuimya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertawakkallah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.[13]

Lebih mendalam, kepada mereka yang menunaikan ibadah haji dengan niat benar dan ikhlas, Allah telah menjanjikan dan memberikan jaminan jika dosa dan kesalahnnya yang pernah mereka lakukan selama hidupnya akan dimaafkan. Mereka juga dijamin terhindar dari bahaya kemiskinan atau kefakiran
Dengan jaminan dan janji Allah bagi pelaksana ibadah haji akan terbebaskan dari dosa dan terhindar dari kemiskinan ini, sungguh akan memberikan dampak yang sangat positif bagi kondisi kejiwaan seseorang. Pertama, jiwa mereka akan terlepas dari beban ketakutan terhadap kemiskinan, kelaparan dan takut terhadap kesengsaraan hidupnya. Kedua, mereka juga akan terbebas dari rasa bersalah yang terpendam di alam bawah sadarnya akibat perbuatan dosa dan maksiat pada masa lalu. Dalam arti kata yang lain, orang yang menjalankan ibadah haji dengan kesungguhan dan keikhlasan, maka jiwanya akan terlepas dari segala bentuk gangguan kejiwaan seperti stres yang disebabkan perasaan bersalah dan ketakutan.
e.       Terapi Melalui Membaca Al-Quran.
Al-Quran adalah risalah Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W untuk mengeluarkan umat manusia dari suasana yang gelap menuju terang dan membimbing mereka ke jalan yang lurus.[14] Al-Quran adalah kitab Allah yang sarat dengan berkah dan mukjizat yang teramat agung. Di dalamnya juga tersimpan kekuatan yang dapat menyembuhkan segala bentuk penyakit, baik penyakit fisik, maupun penyakit psikis. Al-Quran adalah cahaya hati dan penerang kegelapan, penyejuk pikiran, dan penenang jiwa. Di dalamnya juga terkandung pelajaran, petunjuk, dan keridhaan.[15] Dalam hubungannya dengan ini, Allah telah berfirman di dalam Al-Quran, surah Al-Isra’, Ayat 82;
ãAÍit\çRur z`ÏB Èb#uäöà)ø9$# $tB uqèd Öä!$xÿÏ© ×puH÷quur tûüÏZÏB÷sßJù=Ïj9
Artinya:     Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman[16]

Lebih mendalam, Ibnu Taimiyah berkenaan dengan Al-Quran sebagai penyembuh terhadap penyakit jiwa dan hati mengatakan:
“Al-Quran adalah penyembuh apa yang di dalam dan orang-orang yang terkena penyakit syubhat dan syahwat karena Al-Quran mengandung petunjuk-petunjuk yang jelas dalam membedakan hak dan batil. Al-Quran juga mengandung hikmah dan nasihat yang baik dengan janji dan ancaman serta kisah-kisah yang berisi ibrah yang membuat hati menjadi baik. Karenanya, hati cenderung pada hal yang bermanfaat dan membenci hal yang mudharat”.[17]
Sesungguhnya di dalam Al-Quran banyak sekali terkandung doa-doa yang berguna untuk menyembuhkan berbagai penyakit jiwa dan fisik. Berbagai doa yang terkandung di dalam Al-Quran  tersebut adalah doa-doa yang telah teruji kemakbulannya, karena doa di dalam Al-quran adalah doanya para malaikat, para nabi, orang-orang yang arif dan bijaksana, serta orang-orang yang saleh.[18] Dengan demikian, membaca Al-quran merupakan suatu terapi yang sangat efektif bagi mengatasi gangguan kejiwaan seperti gangguan stres.
f.       Terapi Melalui dengan Berdoa dan Berzikir.
Pada hakikatnya setiap manusia memerlukan suatu sandaran yang dapat memberikan kekuatan bagi dirinya saat dia lemah, dan ketika berbagai masalah yang dihadapinya sudah sangat sulit dicari jalan keluarnya. Seseorang manusia itu membutuhkan tempat untuk mengadukan nasib dan keadaan dirinya, membutuhkan sesuatu yang dapat menenangkan kegundahan hati dan jiwanya. Bagi orang-orang yang beriman, dengan berdoa segala kesulitan dapat dihadapi dengan tenang karena dengan berdoa kepada Allah yang maha mendengar dan maha mengabulkan doa, maka harapannya akan bersemi kembali dan kesulitannya bisa diatasi. Allah telah berfirman di dalam Al-Quran, surah al-Mu’min, ayat 60;
tA$s%ur ãNà6š/u þÎTqãã÷Š$# ó=ÉftGór& ö/ä3s9 4
Artinya:     Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu.[19]
Manusia membutuhkan doa kepada Allah karena kemampuan dan pengetahuan manusia sangat terbatas. Manusia sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang akan terjadi pada dirinya di masa yang akan datang. Dan untuk itu, seseorang memerlukan kekuatan yang berasal dari luar dirinya, yakni kekuatan yang datang dari Allah yang maha mengetahu tentang segala sesuatu.[20] Dengan berdoa, manusia akan mengingat sekaligus merasakan keagungan Tuhannya dan hal ini sangat baik bagi sisi ruhaniah sesorang, karena mengingati Allah akan membuatkan hati dan jiwa seseorang menjadi tenang dan tenteram, sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam Al-Quran, surah Ar-Ra’d, ayat 28;
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ûÈõuKôÜs?ur Oßgç/qè=è% ̍ø.ÉÎ/ «!$# 3 Ÿwr& ̍ò2ÉÎ/ «!$# ûÈõyJôÜs? Ü>qè=à)ø9$#  
Artinya:     "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah". Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.[21]

Dengan demikian, jelaslah bahwa doa dan zikir merupakan terapi yang efektif bagi menghilangkan kesedihan, kecemasan, ketakutan dan kegelisahan yang bisa mengakibatkan stres. Selain dari itu, doa juga dapat menjadi benteng dan pertahanan diri terhadap keputusan yang sering melanda seseorang ketika berhadapan dengan situasi sulit dan sempit.









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan.

Psikoterapi keagamaan yaitu terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran agama islam. Sebagaimana diketahuib bahwa dalam ajaran Islam mengandung tuntunan bagaimana kehidupan manusia bebas adri rasa cemas, tegang, depresi, dan sebagainya. Dalam do’a-do’a, misalnya, intinya adalah memohon agar kehidupan manusia diberi ketenangan, kesejahteraan, keselamatan baik dunia dan akhirat. Perlu digaris bawahi bahwa terapi ini dimaksudkan untuk memperkuat iman seseorang bukan untuk mengubah kepercayaan atau agama pasien.
Setiap agama mewajibkan ummatnya masing-masing untuk melakukan dakwah. Begitu pentingnya perintah dakwah ini sehingga sebagai cara dilakukan, dengan melalui berbagai macam media. Media dakwah merupakan urat nadi di dalam proses dakwah, media dakwah biasa juga disebut sarana dakwah, yang merupakan faktor yang dapat menentukan dan menetralisir proses dakwah.
Model-Model Terapi Dalam Al-Quran.
a.       Terapi Dengan Keimanan dan Rasa Aman.
b.      Terapi Dengan Ibadah.
a.       Terapi Melalui Shalat.
b.      Terapi Melalui Puasa.
c.       Terapi Melalui Zakat dan Sedeqah.
d.      Terapi Melalui Ibadah Haji.
e.       Terapi Melalui Membaca Al-Quran.
f.       Terapi Melalui Dengan Berdoa dan Berzikir.




DAFTAR PUSTAKA

1.      Susurin, M. Ag, Ilmu Jiwa Agama, PT Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2004
2.      M. Munir, S. AgMetode Dakwah, Prenada Media, Jakarta: Kencana, 2003
3.      Dr. Muhammad ‘Utsman NajatiPsikologi NabiPustaka Hidayah (Anggota IKAPI),Bandung, 2005
4.      Tri RahayuPsikoterapi Perspektif Islam & Psikologi Kontemporer , UIN Malang Press (Anggota IKAPI)Yogyakarta, 2009
5.      Ahmad MubarokSunnatullah Dalam Jiwa Manusia, IIIT IndonesiaJakarta, 2003




[1] Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam dalam menumbuhkembangkan Kepribadian dan kesehatan mental, (Jakarta: Ruhama, 1994, hlm. 81.
[2] M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Jakarta; Al-Amin Press, 1997, h. 8.
[3]  Samsul Munamir Amin dan Haryanto Al-Fandi, Kenapa Harus Stres.., hal. 162.
[4] Departemen Agama R.I, Al-Quran dan Terjemahnya.., hal. 635.
[5] Usman Nadjati, Belajar EQ dan SQ dari Sunnah Nabi, (Jakarta: Penerbit Hikmah, 2003) hal. 109
[6] Nasriah Bt Zulkapli, Efeketifitas Shalat Sebagai Metode Penyembuhan Terhadap Pasien Gangguan Jiwa, (Banda Aceh, IAIN Ar-Raniry, 2010) hal. 73.
[7] Sayyid Sabiq, Panduan Zakat Menurut Al-Quran dan As-Sunnah, Cet ke-1,
   (Bogor; Pustaka Ibnu Katsir, 2005), hal. 1
[8] Aliah B. Purwakania Hasan, Pengantar Psikologi Kesehatan…, hal. 159.
[9] Departemen Agama R.I, Al-Quran dan Terjemahnya.., hal. 58.
[10] Departemen Agama R.I, Al-Quran dan Terjemahnya.., hal. 273.
[11] Musfir bin Sa’id Az-Zahrani, Konseling Terapi…, hal. 487.
[12] “Rafats” artinya mengeluarkan perkataan yang menimbulkan berahi
      yang tidak senonoh atau bersetubuh.
[13] Departemen Agama R.I, Al-Quran dan Terjemahnya.., hal. 38.
[14] Manna Khalil Al-Qathan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, Terj, Mudzakir Ali, (Jakarta: Penerbit Lentera Ilmu), hal. 1.
[15] Samsul Munamir Amin dan Haryanto Al-Fandi, Kenapa Harus Stres …, hal. 181.
[16] Departemen Agama R.I, Al-Quran dan Terjemahnya.., hal. 396.
[17] Samsul Munamir Amin dan Haryanto Al-Fandi, Kenapa Harus Stres …, hal. 182.
[18] Ibid.., hal. 187.
[19] Departemen Agama R.I, Al-Quran dan Terjemahnya.., hal. 679.
[20] Samsul Munamir Amin dan Haryanto Al-Fandi, Kenapa Harus Stres.,., hal. 198.
[21] Departemen Agama R.I, Al-Quran dan Terjemahnya.., hal. 341.