Halaman

Selasa, 05 Juni 2012

ISLAM DI BOSNIA


Nama          : Muhammad Fajri
Nim             : 421006007
jurusan        : BPI ( Fak. Dakwah IAIN Ar-raniry Banda Aceh)

leting/unit    : 2010/05




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Orientasi dan Pengenalan Negara
Bosnia dan Herzegovina, juga dikenal sebagai Republik Bosnia dan Herzegovina, adalah sebuah negara di semenanjung Balkan di selatan Eropa seluas 51.129 km² (19.741 mil2) dengan jumlah sekitar empat juta penduduk. Negara Bosnia dikenal dalam bahasa resminya sebagai Bosna i Hercegovina dalam huruf Latin dan Босна и Херцеговина dalam huruf Sirilik; namun biasanya, dipendekkan menjadi Bosnia.
Negara ini didiami oleh tiga kelompok etnik yang utama: Bosnia, Serbia dan Kroasia. Warga Bosnia secara umum dikenali sebagai Bosnians dalam bahasa Inggris tanpa memandang bangsa mereka. Pemerintahan negara ini dilakukan secara terpencar dan negara Bosnia sebenarnya terdiri dari persekutuan dua buah wilayah yang utama, yaitu, Federasi Bosnia dan Herzegovina dan Republika Srpska.
Dibatasi oleh Kroasia di utara, barat dan selatan, Serbia di timur, dan Montenegro di selatan, Bosnia dan Herzegovina adalah sebuah negara yang dikelilingi oleh daratan kecuali pesisir pantai Laut Adriatik yang sepanjang 20 km yang berpusat di kota Neum. Pedalaman negara ini penuh dengan pegunungan dan juga sungai yang kebanyakan tidak bisa ditempuh. Ibukota yang sekaligus kota terbesar ialah Sarajevo.
Ini merupakan salah satu negara kecil di Semenanjung Balkan, Eropa Tenggara, pecahan bekas Republik Federasi Sosialis Yugoslavia. Luas wilayahnya hanya 51.233 km2. Sedikit lebih luas dari Propinsi Jawa Timur. Sejarah Bosnia yang mayoritas (40%) dari 3,6 juta penduduknya beragama Islam, memang tak bisa dipisahkan dari Yugoslavia yang berdiri pada 1918.
Tak lama setelah berdiri, Yugoslavia sebenarnya nyaris mengalami perpecahan seperti sekarang. Pemilu pada 1920 melahirkan kekuatan yang relatif setara dari sejumlah partai yang mewakili setiap etnis di Yugoslavia. Akibatnya, pada 6 Januari 1929 konstitusi dibatalkan dan Yugoslavia memasuki sistem pemerintahan kerajaan diktatorial di bawah Raja Alexander. Sistem pemerintahan republik dengan konstitusi baru diterapkan selepas PD II pada November 1945 di bawah kepemimpinan Josip Broz Tito.
Pada 1991, keruntuhan Yugoslavia benar-benar menjadi kenyataan. Awalnya, Slovenia dan Kroasia yang menyatakan memisahkan diri dari Yugoslavia, menjadi negara berdaulat. Selepas itu, Yugoslavia menjadi negara yang senantiasa berubah, baik wilayahnya maupun populasinya. Menyusul Slovenia dan Kroasi, Bosnia melalui suatu referendum pun menyatakan pemisahan diri dari Yugoslavia dan menjadi negara berdaulat dipimpin Presiden Alija Izatbigovic. Inilah yang memicu pembantaian rakyat Muslim Bosnia oleh bangsa Serbia pimpinan Slobodan Milosevic pada 1992.
Serbia berupaya mempertahankan kesatuan Yugoslavia. Etnis Serbia yang umumnya bergama Kristen Ortodox ini ingin mendominasi pemerintahan, militer dan administrasi negara. Di Serbia terdapat sekitar 6 juta etnis Serbia, sedangkan di Bosnia 1,36 juta jiwa dan di Kroasia 0,5 juta jiwa. Milosevic berobsesi mewujudkan Negara Serbia Raya yang bersifat monoetnis, maka ia menentang habis-habisan berdirinya Bosnia Herzegovina yang mayoritas Muslim dengan melakukan pembersihan etnis non-Serbia.
Menghadapi aksi Serbia yang membabi buta, pada 1994 etnis Kroasia di Bosnia dan Musim Bosnia bersatu melawan kebiadaban Serbia. Namun karena persenjataan yang tak berimbang, mereka jadi bulan-bulanan Serbia. Perang sipil selama 44 bulan itu, diperkirakan memakan korban tak kurang 200 ribu jiwa, jutaan lainnya kehilangan rumah dan terpencar-pencar dari keluarga. Mayoritas dari mereka adalah ummat Islam. Milosevic didukung Panglima Angkatan Bersenjata Radovan Karadzic, melakukan pembantaian membabi buta. Saat itulah nama Bosnia Herzegovina mencuat ke dunia dan mengundang simpati khususnya dari negara-negara Islam. Namun Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO)-lah yang akhirnya menghentikan aksi brutal Serbia dengan serangan udara ke Serbia dan Montenegro. Pada penghujung 1995 NATO memaksa Serbia menandatangani perjanjian damai yang dilakukan di Dayton, Ohio, AS. Islam masuk ke kawasan Balkan, termasuk Bosnia, sekitar tahun 1389. Yaitu saat wilayah Balkan ada di bawah kekuasaan Turki Ottoman antara abad XII hingga akhir abad XIX. Setelah berada dalam dominasi kekuasaan komunis, umat Islam Bosnia mengalami sekularisasi yang kuat.
Selama berada di bawah Yugoslavia, Bosnia Herzegovina termasuk yang paling miskin dibandingkan negara bagian lain. Selama berada di bawah Yugoslavia, Bosnia Herzegovina termasuk yang paling miskin dibandingkan negara bagian lain. Sedangkan di timur berbatasan dengan Serbia. Untuk memulihkan kondisi ekonomi, Bosnia masih harus mengandalkan bantuan luar negeri. Antara lain dari Bank Pembangunan Islam (IDB) yang pada September 2000 mendirikan Bank Internasional Bosnia. Bank tersebut dibentuk dengan modal dasar sebesar 300 juta dolar AS dengan modal disetor sebesar 60 juta dolar AS. Modal tersebut antara lain berasal dari IDB serta bank Islam lainnya sebagai pendiri seperti Bank Islam Abu Dhabi, Bank Islam Dubai, Bank Islam Bahrain serta dari investor swasta muslim lainnya.[1]

B.    Kemunculan Negara Bosnia
Bosnia dan Herzegovina merupakan sebuah wilayah perbatasan antara Kebudayaan Barat dan Timur. Pada Abad Pertengahan, wilayah tersebut menjadi ajang pertikaian dan perebutan pengaruh antara Romawi Barat yang Katolik dan Romawi Timur yang Ortodoks. Di tengah-tengah pergulatan tersebut, ikut pula sebuah kelompok bid'ah Kristen yang disebut Bogomil. Sekte ini terutama beranggotakan masyarakat kelas atas Bosnia. Kekuatan ketiga yang berpengaruh dalam sejarah negeri itu muncul pada akhir abad ke-13, ketika wilayah tersebut ditaklukkan oleh Turki Usmani yang beragama Islam. Pengikut Bogomil berbondong-bondong pindah ke agama Islam sehingga agama tersebut lenyap. Perpindahan agama tersebut kebanyakan terjadi persamaan derajat yang ditawarkan oleh Islam. Jika mereka masuk Islam maka mereka akan mendapatkan kedudukan yang sama tingginya dengan orang Islam lainnya, akan tetapi bila mereka tetap pada agama agama leluhurnya maka mereka akan berstatus sebagai orang -orang yang kalah dalam peperangan tunduk dalam aturan Islam.
Hal itu bukan omong kosong belaka. Dalam perkembangannya, kaum Muslim Bosnia mendapatkan status sama dengan orang Turki asli. Mereka menjadi tangan kanan orang Turki untuk memerintah penduduk Bosnia yang tetap memeluk agama leluhurnya. Masuknya pemikiran nasionalisme membawa perubahan besar dan tajam di Bosnia. Apabila sebelumnya secara umum penduduk wilayah itu disebut orang Bosnia dan hanya dibedakan menurut agamanya, kini mereka mengidentifikasikan diri dengan tetangganya. Orang Bosnia yang menganut Kristen Ortodoks mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Serbia sementara penganut Katolik menjadi orang Kroasia. Ketika Turki melemah, negara-negara jajahannya di Balkan memerdekakan diri. Salah satu di antaranya adalah Serbia. Ketika Turki melemah, negara-negara jajahannya di Balkan memerdekakan diri. Salah satu di antaranya adalah Serbia. Hal tersebut kemudian mendorong kaum nasionalis Serbia membunuh putera mahkota kekaisaran tersebut di Sarajevo pada tahun 1914, yang kemudian menyebabkan pecahnya Perang Dunia I. Setelah PD I usai, Bosnia dan Herzegovina, bersama-sama dengan Kroasia, Slovenia, dan Vojvodina, diserahkan oleh Austria kepada Kerajaan Serbia-Montenegro. Dari penggabungan ini muncullah Kerajaan Yugoslavia (Slavia Selatan).
Akan tetapi perpecahan segera melanda negeri itu akibat pertentangan dua etnis utamanya. Orang Serbia berusaha membangun negara kesatuan sementara orang Kroasia menginginkan federasi yang longgar. Kaum Muslim Bosnia terjebak dalam pertikaian tersebut karena kedua pihak memperebutkan wilayah tersebut. Beberapa kaum Muslim mendukung klaim Serbia dan menyebut dirinya sebagai Muslim Serbia. Namun lebih banyak lagi yang pro -Kroasia dan menyebut dirinya sebagai orang Muslim Kroasia. Pertentangan tersebut kemudian meledak menjadi kekerasan setelah Jerman Nazi menguasai Yugoslavia tahun 1941.
Setelah menaklukkan Yugoslavia, Hitler menggabungkan bekas propinsi Kroasia, Bosnia, dan Herzegovina ke dalam negara boneka yang disebut sebagai Negara Kroasia Merdeka (lebih dikenal dengan inisial Kroasianya, NDH). Negara tersebut dipimpin oleh Ante Pavelic, pemimpin organisasi nasionalis ekstrim Kroasia, Ustasa (pemberontak). Rezim NDH ini berusaha membersihkan wilayahnya dari orang Serbia, Yahudi, dan Gipsi.
Oleh karena besarnya jumlah penduduk Serbia di NDH, kaum Ustasa bersekutu dengan kaum Muslim guna mengimbanginya. Banyak orang Muslim yang bergabung dengan rezim tersebut, di mana bahkan wakil presiden dan menlu NDH adalah tokoh-tokoh Muslim.
Kaum Muslim juga bergabung dengan Jerman dalam memerangi gerilyawan, baik Chetnik maupun Partisan. Dua divisi SS (Schutzstaffel, pengawal elit Hitler yang ditakuti) dibentuk dari kalangan kaum Muslim Bosnia, yaitu Divisi 'Handzar' dan 'Kama'.
Banyak orang Serbia yang selamat bergabung dengan gerilyawan Chetnik yang pro-raja dan kemudian melancarkan pembantaian balasan terhadap orang Kroasia dan Muslim. Konflik etnis berdarah ini memberikan keuntungan bagi kelompok Partisan pimpinan Tito. Oleh karena berhaluan komunis yang tidak membeda-bedakan latar belakang etnis dan agama, kelompok ini menarik pendukung dari berbagai latar belakang yang tidak menyukai pertumpahan darah di antara sesama warga Yugoslavia. Dengan demikian, kaum Partisan berhasil merebut kekuasaan di seluruh Yugoslavia setelah usainya perang.
Setelah meraih kekuasaan atas Yugoslavia, Josip Broz Tito berusaha membangun kembali persaudaran negeri itu di bawah bendera komunisme. Dalam upayanya untuk mengatasi perselisihan antar kelompok etnis dan agama, dia membentuk negeri itu menurut sistem federal yang ditarik berdasarkan etnisitas. karena memiliki penduduk yang plural, merupakan ujian berat bagi Tito. Orang Serbia menuntut penggabungan wilayah tersebut karena penduduk Serbia yang hampir mencapai setengah dari total penduduk di sana pada masa itu. Akan tetapi Tito menolaknya. Dia tidak ingin membuat Serbia menjadi kuat seperti sebelumnya. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk memecah belah orang Serbia. Wilayah Serbia diperkecil dengan membentuk dua republik federal (yaitu Montenegro dan Makedonia) serta dua provinsi otonom (Vojvodina dan Kosovo). Tito, sebagai seorang Kroasia-Bosnia, memutuskan bahwa wilayah Bosnia dan Herzegovina harus menjadi sebuah republik federal. Dengan demikian, orang Serbia dapat diimbangi oleh gabungan Muslim-Kroasia di wilayah tersebut.
                Dalam menghadapi ketidakpuasan atas keputusan tersebut, rezim Tito memakai tangan besi untuk menghadapinya. Cara tersebut memang efektif tapi hanya untuk sementara waktu. Ketika Tito meninggal, pertikaian antar etnik dan agama kembali meletus di Yugoslavia, yang kemudian meruntuhkan negara tersebut.

C.     Kemerdekaan Bosnia dan Herzegovina

Yugoslavia terpecah-belah pada tahun 1991 setelah runtuhnya rezim-rezim Komunis di Eropa Timur. Mengikuti contoh Kroasia dan Slovenia, pada bulan Maret 1992 Bosnia dan Herzegovina menyatakan kemerdekaannya melalui referendum yang diikuti oleh masyarakat Muslim dan Kroasia Bosnia. Hal tersebut ditentang oleh penduduk Serbia yang ingin menguasai seluruh wilayah eks Yugoslavia.
Di bawah pimpinan Radovan Karadzic, orang Serbia Bosnia memproklamasikan Republik Srpska. Dengan bantuan pasukan federal pimpinan Jenderal Ratko Mladic, orang Serbia Bosnia berhasil menguasai 70 persen wilayah negeri itu. Dalam konflik ini, etnis Serbia yang mayoritas berusaha melenyapkan etnis Muslim dan Kroasia. Terjadilah pembantaian terbesar dalam sejarah yang jumlah korbannya hanya kalah oleh Perang Dunia. Pembunuhan, penyiksaan dan pemerkosaan olah Kaum Serbia kemudian menyebabkan pemimpin-pemimpin Serbia ditetapkan sebagai penjahat perang oleh PBB. Dalam perkembangan terakhirpun mereka menyatakan tidak puas karena tidak berhasil membersihkan etnik Muslim- Bosnia.
Akhirnya, setelah perang berdarah yang berlarut-larut, perdamaian di antara ketiga kelompok tersebut berhasil dipaksakan oleh NATO. Sesuai dengan Kesepakatan Dayton tahun 1995, keutuhan wilayah Bosnia dan Herzegovina ditegakkan namun negara tersebut dibagi dalam dua bagian: 51% wilayah gabungan Muslim-Kroasia (Federasi Bosnia dan Herzegovina) dan 49% Serbia (Republik Srpska).
Kini negeri tersebut mulai menghirup perdamaian dan ketiga belah pihak berusaha membangun saling percaya. Akan tetapi memang perlu waktu lama untuk menghapuskan permusuhan berabad-abad itu. Salah satu hal yang diusahakan untuk membangun saling percaya tersebut adalah mengadili para penjahat perang. Mantan Presiden Republik Srpska Radovan Karadžić berhasil ditangkap pada 21 Juli 2008, sementara mantan Panglima Tentara Federal Jenderal Ratko Mladic belum tertangkap.

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Deskripsi Geografis
1.     Populasi
Lebih dari 95% populasi Bosnia dan Herzegovina milik salah satu dari tiga kelompok etnis konstitutif: Bosnia, Serbia dan Kroasia. Lebih dari 95% populasi Bosnia dan Herzegovina milik salah satu dari tiga kelompok etnis konstitutif: Bosnia, Serbia dan Kroasia. Bosnia-Herzegovina adalah salah satu negara kecil di Semenanjung Balkan, Eropa bagian Tenggara. Luas wilayahnya hanya 51.233 km persegi (sedikit lebih luas dari Propinsi Jawa Timur). Islam masuk ke kawasan Balkan (termasuk Bosnia) sekitar tahun 1389, ketika wilayah Balkan ada di bawah kekuasaan Turki Utsmani antara abad XII hingga akhir abad.
Pada tahun 1918, Bosnia menjadi wilayah Yugoslavia. Akhir Perang Dunia ke II menempatkan rezim komunis di puncak kekuasaan Yugoslavia. Mulai saat itulah umat Islam Bosnia mengalami sekularisasi yang kuat, hingga sebagian besar kaum muslimin Bosnia melupakan agamanya meskipun masih mengaku beragama Islam.
Keruntuhan komunis di Uni Soviet membawa efek yang serupa pada Yugoslavia yang merupakan negara satelit Uni Soviet. Runtuhnya sistem komunis pada akhir 1988 menyebabkan Yugoslavia terpecah menjadi enam negara, yaitu Serbia, Kroasia, Bosnia, Macedonia, Slovenia dan Montenegro.Awalnya, Slovenia dan Kroasia menyatakan memisahkan diri dari Yugoslavia dan menjadi negara berdaulat. Selepas itu, Yugoslavia menjadi negara yang senantiasa berubah, baik wilayahnya maupun populasinya. Menyusul Slovenia dan Kroasia, Bosnia melalui referendum tahun 1992 pun menyatakan pemisahan diri dari Yugoslavia dan menjadi negara berdaulat dipimpin Presiden Alija Izatbigovic. Inilah yang memicu pembantaian rakyat Muslim Bosnia oleh bangsa Serbia pimpinan Slobodan Milosevic pada 1992.
Serbia berupaya mempertahankan kesatuan Yugoslavia. Etnis Serbia yang umumnya bergama Kristen Ortodox ini ingin mendominasi pemerintahan, militer dan administrasi negara. Di Serbia terdapat sekitar 6 juta etnis Serbia, sedangkan di Bosnia 1,36 juta jiwa dan di Kroasia 0,5 juta jiwa. Milosevic berobsesi mewujudkan Negara Serbia Raya yang bersifat monoetnis, maka ia menentang habis-habisan berdirinya Bosnia Herzegovina yang mayoritas Muslim dengan melakukan pembersihan etnis non-Serbia dan merebut wilayah dari Bosnia dan Kroasia. Negara Bosnia yang dideklarasikan pada tahun 1992 merupakan negara multietnis berpenduduk 4,3 juta jiwa, dengan komposisi 43,7% etnis Bosnia (90% muslim), 31,3% etnis Serbia/Serbia-Bosnia (93% beragama Kristen Ortodox), 17,3% etnis Kroasia/Kroasia-Bosnia (88% beragama Katolik Roma) dan etnis lainnya 5,5%.
Pada awal terjadinya perang di tahun 1992, warga negara Bosnia yang terdiri atas etnis Bosnia dan etnis Kroasia bersama-sama menghadapi serangan tentara Serbia. Namun ketika keadaan Bosnia mencapai titik kritis, dimana sekitar 70% wilayah Bosnia direbut oleh Serbia, etnis Kroasia di Bosnia dibantu Negara Kroasia berkhianat dan berusaha merebut wilayah Bosnia yang tersisa (30%). Akibatnya Kroasia berhasil menguasai 20% wilayah Bosnia, sementara warga muslim Bosnia hanya menguasai 10% wilayahnya. Tindakan ini menjadikan muslim Bosnia terjepit oleh serangan dua musuh sekaligus. Ironisnya, dalam keadaan seperti ini PBB dan negara-negara Barat bersikeras mempertahankan embargo senjata pada muslim Bosnia. Mereka menutup mata terhadap pembantaian besar-besaran yang terjadi di depan mata mereka. Dalam langkah majunya menguasai wilayah Bosnia, pasukan Serbia melakukan pembantaian massal pada muslim Bosnia. Mereka yang beruntung masih hidup dipaksa meninggalkan tempat tinggalnya. Sejarah mencatat perang ini ditandai dengan pemerkosaan terhadap para wanita Islam dilakukan secara massal dan sistematis. Bayi-bayi hasil perkosaan tentara Serbia akan dianggap warga etnis Serbia. Dengan demikian, kelak Serbia dapat mengklaim sebagai etnis mayoritas di wilayah-wilayah yang didudukinya. Serangan Serbia (yang kemudian dibantu oleh Kroasia) terhadap muslim Bosnia telah menyebabkan tragedi kemanusiaan yang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia kedua.
Pecahnya perang di Bosnia tidak luput dari perhatian para mujahidin yang baru saja berhasil menjatuhkan pemerintahan komunis di Kabul. Lima orang mujahidin dari Afghanistan segera bertolak ke Bosnia mengecek kondisi yang sebenarnya. Salah satu dari mereka adalah Syeikh Abu Abdul Aziz. Beliau adalah salah satu pemuda yang sejak awal bergabung dalam jihad Afghan karena seruan Syeikh Abdullah Azzam, semoga Allah menerima syahid beliau. Temuan para utusan tersebut di lapangan membenarkan terjadinya pembantaian terhadap kaum muslimin di Bosnia.
Maka mulailah para mujahidin dari seluruh dunia mengalir masuk ke Bosnia. Mereka ditempatkan dalam satu batalion yang khusus terdiri atas mujahidin non Bosnia. Mereka datang dari seluruh dunia, bahkan sebenarnya para mujahid Arab adalah minoritas, menurut Syeikh Abu Abdul Aziz. Batalion itu dinamai Katibat al-Mujahidin (Batalion Mujahidin), atau Odred El-Mudzahidin dalam bahasa Bosnia. Batalion tersebut merupakan bagian dari Angkatan Bersenjata Bosnia, yaitu Batalion ke-Tujuh (SEDMI KORPUS, ARMIJA REPUBLIKE BH) Angkatan Darat Bosnia.
 Krisis yang terjadi akibat serangan Serbia dan Kroasia, ditambah kehadiran para mujahidin asing yang ikhlas mengingatkan rakyat Bosnia akan agama yang telah mereka tinggalkan selama ini. Semangat muslim Bosnia untuk kembali pada Islam semakin besar. Masjid-masjid mulai dipenuhi jamaah. Jilbab semakin banyak dikenakan para muslimah Bosnia. Majelis-majelis ilmu dan tahfiz Quran mulai bermunculan kembali. Dengan pertolongan Allah, melalui perjuangan rakyat Bosnia dan mujahidin asing, lambat laun keadaan mulai berubah. Kepada tentara muslim Bosnia, mujahidin asing berbagi taktik dan strategi untuk mengalahkan musuh yang memiliki persenjataan yang lebih kuat, hasil pengalaman perang sebelas tahun di Afghanistan. Angkatan Bersenjata Bosnia dan mujahidin asing tidak lagi bertahan. Mereka melancarkan berbagai operasi penyerangan untuk merebut daerah-daerah strategis di Bosnia. Daerah-daerah yang dikuasai oleh pasukan Serbia, satu per satu berhasil direbut kembali.
Khawatir dengan tekanan balik dari pasukan muslim, negara-negara Barat segera mensponsori perundingan damai. Berbagai bentuk tekanan diberikan kepada ketiga pihak yang bertikai, agar mereka dapat menghentikan perang dan berunding. Pada tahun 1994 Kroasia menandatangani perjanjian damai dengan Bosnia dan bersama-sama mendirikan Federasi Bosnia. Saat muslim Bosnia berhasil menguasai kembali 51% wilayahnya, di bawah tekanan politik negara-negara Barat dan krisis ekonomi yang mencekik, pemerintah Bosnia terpaksa menandatangani Perjanjian Dayton di Paris pada Desember 1995. Wilayah Bosnia dipecah menjadi dua negara bagian, yaitu Federasi Bosnia (berisikan warga etnis Bosnia dan Kroasia) dengan luas wilayah 51% dan Republik Serbska (berisikan warga etnis Serbia) dengan luas wilayah 49%.
Maka berakhirlah perang yang telah membawa begitu banyak korban : diperkirakan antara 100.000 hingga 200.000 ribu orang telah tewas (sekitar 69% korban tewas adalah muslim Bosnia), lebih dari 40.000 wanita diperkosa, dan 1,8 juta orang terpaksa mengungsi.

2.     Natural dan Human Resource(Sumber Alam)

Bosnia memiliki luas wilayah 51.129 km persegi (19.741 mil ²). Ini adalah negara pegunungan. Secara khusus, perpanjangan Alpen Dinarik, yang merupakan perbatasan barat Bosnia dengan Kroasia, melintasi bagian barat dan selatan republik. Puncak tertinggi adalah Gunung Maglic, berukuran 2.387 m (7831 ft), di perbatasan dengan BENIH tersebut. Banyak republik juga terletak dalam Karst, sebuah dataran tinggi batu kapur tandus rusak oleh depresi dan pegunungan. Bagian utara dari republik ini sangat hutan, sedangkan bagian selatan memiliki area datar tanah subur. Mereka wilayah datar digunakan terutama sebagai lahan pertanian. Sungai utama termasuk Bosnia Bosna, yang Sava, yang mengalir di sepanjang perbatasan utara, dan sungai yang Sava, Una, Drina, dan Vrbas. Sungai ini semua aliran utara, hanya beberapa sungai lainnya, terutama Neretva, aliran menuju Laut Adriatik. Lembah-lembah sungai utara melebar menjadi dataran subur Sava, yang membentang di ketiga utara Bosnia.
Sebuah iklim Mediterania berlaku di selatan, dengan cerah, musim panas yang hangat dan ringan, musim hujan. Iklim kontinental dimodifikasi musim panas yang hangat dan musim salju yang dingin mendominasi wilayah pedalaman utara. Pada elevasi yang lebih tinggi, pendek, musim panas dingin dan panjang, musim dingin yang parah dengan salju yang umum. Suhu rata-rata untuk Sarajevo, di zona benua, adalah -1 ° C (30 ° F) pada bulan Januari dan 20 ° C (68 ° F) pada bulan Juli.
Bosnia adalah tanah bumi dominan coklat. Hutan Beech merupakan vegetasi alam primer. Di antara satwa liar yang ditemukan di negara ini kelinci, lynxes, musang, berang-berang, rubah, kucing liar, serigala, beruang abu-abu, chamois, rusa, elang, burung bangkai, mouflon (domba liar), dan elang. Lynxes, musang, dan berang-berang memiliki status spesies yang terancam punah.
Bosnia kaya akan sumber daya alam. Sumber daya ini termasuk tanah luas dan tanah yang subur, hutan yang luas, dan deposito berharga mineral seperti garam, mangan, perak, timah, tembaga, bijih besi, kromium, dan batubara.
Polusi udara dari tanaman metalurgi, kekurangan air, dan layanan sanitasi yang buruk atau gagal adalah beberapa masalah yang dihadapi negara, tetapi kerusakan infrastruktur karena perang saudara yang berlangsung dari 1991 sampai 1995 adalah edisi terbaru yang paling mendesak. Sebagian besar aktivitas sejak akhir perang masih terkonsentrasi pada pemulihan kebutuhan dasar dan jasa, daripada mengatasi permasalahan lingkungan secara langsung. Namun, meskipun keasyikan mereka dengan membangun kembali infrastruktur perang-robek, para pemimpin di Bosnia dan Herzegovina tidak kehilangan isu lingkungan-negara itu seorang pengamat di Kongres Konservasi Dunia di Montreal pada tahun 1996.[2]

3.     Perkembangan Perekonomian

Selain Mantan Republik Yugoslavia Makedonia, Bosnia dan Herzegovina adalah republik yang paling berkembang di bekas Yugoslavia. Para ekonomi terencana terpusat telah mengakibatkan beberapa warisan dalam perekonomian. Pertanian terutama di sektor swasta, dengan kepemilikan pertanian kecil dan tidak menguntungkan, sehingga makanan yang paling yang diimpor. Industri ini sangat kelebihan pegawai, yang mencerminkan kekakuan ekonomi terencana. Ini host bagian besar tanaman pertahanan Yugoslavia untuk alasan militer, dan dalam arti itu, berada di pusat bekas Yugoslavia.
Tiga tahun perang terakhir (1992-1995) menghancurkan perekonomian dan infrastruktur di Bosnia dan Herzegovina, menyebabkan produksi menurun sebesar 80%, pengangguran untuk terbang, dan kematian sekitar 100 000 orang dan pemindahan setengah populasi. Bosnia telah menghadapi tantangan ganda: tidak hanya untuk pulih dari perang tetapi juga untuk menyelesaikan transisi dari sosialisme ke kapitalisme.
Dengan perdamaian gelisah di tempat, output pulih tahun 1996-1999 pada tingkat persentase yang tinggi dari basis yang rendah, tetapi pertumbuhan output melambat pada 2000-2002. Bagian dari lag dalam output dibuat di 2003-2005.Sayangnya, data ekonomi adalah penggunaan terbatas karena, walaupun kedua angka masalah entitas, tingkat nasional statistik tidak tersedia.Pasar abu-abu merupakan sumber pendapatan penting bagi para pedagang Bosnia.
The 'Marka konvertibilna-KM' (tanda konversi atau BAM) - mata uang nasional diperkenalkan pada tahun 1998 - yang dipatok terhadap euro, dan kepercayaan pada mata uang dan sektor perbankan telah meningkat. Pelaksanaan privatisasi, bagaimanapun, telah lambat, dan entitas lokal hanya enggan mendukung lembaga-lembaga di tingkat nasional.
Bank Sentral Bosnia dan Herzegovina didirikan pada tahun 1997-an, negosiasi utang sukses diadakan dengan London Club pada Desember 1997, dan dengan Paris Club pada bulan Oktober 1998, dan mata uang baru, Bosnia dan Herzegovina tanda konversi, diperkenalkan pada pertengahan 1998. Pada tahun 1999, Mark Konversi memperoleh penerimaan yang lebih luas, dan Bank Sentral secara dramatis meningkatkan kepemilikan cadangannya.
Perbankan reformasi dipercepat pada tahun 2001 sebagai biro pembayaran dari perang bekas pra-Bosnia dan Herzegovina ditutup, bank asing, terutama dari Eropa barat, kini menguasai sebagian besar sektor perbankan. Tapi defisit rekening yang cukup besar saat ini dan tingkat pengangguran yang tinggi tetap dua masalah ekonomi paling serius.
Meskipun utama upaya bantuan internasional, laju pemulihan pasca-perang ekonomi telah jauh lebih lambat dari yang diharapkan. PDB menurut pengeluaran diperkirakan pada KM 24 161 juta di tahun 2007, merupakan peningkatan nominal sebesar 14,23% dari tahun 2006 sampai 2007. Sejak perang berakhir, BiH telah menarik hanya sekitar KM 2,1 miliar dalam investasi asing. Data ekonomi yang langka.

B.    Peradaban dan Budaya
1.      Budaya Kehidupan
Bosnia dan Herzegovina adalah salah satu negara paling beragam di bekas Yugoslavia, dan Anda akan merasakan ini segera ketika Anda kunjungi. Di Bosnia dan Herzegovina, tiga kelompok membentuk persentase terbesar penduduk: orang Bosnia, Kroasia, dan Serbia. Anda juga dapat menemukan orang-orang Yahudi, Rumania, Albania, dan Turki di Bosnia dan Herzegovina. Dengan ini kaya perpaduan budaya dan keyakinan, Anda akan merasa tenggelam dalam cara yang sangat tua dan kompleks kehidupan.
Budaya Di pedesaan di Bosnia dan Herzegovina, keluarga biasanya hidup di rumah-rumah dari batu bata, batu, atau kayu. Desa rumah secara tradisional zadrugas, yang terdiri dari beberapa keluarga yang tinggal di lahan umum. Keluarga berbagi tanggung jawab pertanian untuk meringankan beban kerja pertanian banyak. Hari ini, Anda masih akan menemukan suasana komunitas besar di desa-desa kecil dan daerah pinggiran kota sama.
Banyak Bosnia adalah Muslim, dan jika Anda merencanakan kunjungan rumah selama perjalanan Anda, ingatlah bahwa Anda melepas sepatu latihan rutin dalam rumah tangga Muslim. Sandal pada umumnya diberikan oleh tuan rumah ketika Anda mengunjungi rumah Bosnia.
2.      Kehidupan Keluarga
Sesepuh dihormati dalam budaya Bosnia dan dianggap sangat penting anggota keluarga. pendapat mereka dan keinginan selalu ditangani dengan hati-hati.
Bahkan, kehidupan keluarga pada umumnya mungkin tampak lebih formal, termasuk hubungan antara orang tua dan anak-anak. Bosnia budaya masih mempertahankan kelompok-kelompok keluarga besar, yang berarti bahwa kakek dan nenek hidup dengan anak-anak dewasa mereka dan merawat anak-anak sementara orang tua sedang bekerja. Orangtua biasanya dipraktekkan, dan semua anak-anak dibesarkan dengan nilai-nilai menghormati kerabat mereka yang lebih tua dan mengetahui bahwa mereka akan sangat peduli mungkin untuk kerabat yang lebih tua di kemudian hari.
Keluarga terpengaruh oleh perang pada 1990-an, dimana pengunjung harus diingat. Beberapa keluarga telah rusak dan sekarang dipimpin oleh janda setelah suami hilang dalam konflik. Selain itu, berbagai daerah mencapai konsentrasi yang lebih tinggi selama perang. Lebih banyak orang pindah ke kota-kota dari daerah pedesaan, di mana mereka tetap hari ini. daerah Suburban menjadi lebih padat penduduk di pertengahan 1990-an, menambahkan bahkan kepribadian lebih ke daerah-daerah yang sudah beragam. [3]
3.      Budaya Perkawinan
Perempuan biasanya bekerja di luar rumah mereka di kota-kota besar. Di Bosnia dan Herzegovina, wanita memiliki hak-hak politik dan ekonomi yang sama. Dalam banyak keluarga, perempuan mungkin lebih bertanggung jawab untuk tugas-tugas rumah tangga seperti belanja makanan, pekerjaan rumah tangga, dan perawatan anak, terutama di lebih daerah Bosnia pedesaan.
4.      Makanan
Anda akan menemukan bahwa tidak peduli yang masakan Anda memilih untuk sampel, maka kemungkinan besar menggabungkan daging panggang yang lezat, sayuran rebus, dan roti di sebuah perkumpulan kombinasi. Bosnia memiliki tradisional rebusan kubis dan daging, dan Burek dan PIDA, yang berlapis pai daging dan keju. Coba baklava, Turki manis, untuk menghabisi makanan Anda.
5.      Budaya Wisata
Di Bosnia dan Herzegovina, tip di bar dan restoran diharapkan. Di restoran yang lebih kecil, itu bukan adat tetapi selalu dihargai. Aim dari 5-10% dari total.
Hati-hati Gunakan ketika mendiskusikan politik. Sementara Bosnia banyak yang baik ramah dan antusias untuk berbicara tentang subjek apapun, itu disarankan agar Anda mendengarkan pendapat politik dan tidak selalu milikmu suara.

C.     Perkembangan Islam di Bosnia
Walaupun seluruh daerah Balkan berada di bawah kendali Ottoman di beberapa titik selama eksistensi bahwa Kekaisaran, menyebarkan Islam di seluruh wilayah tidak merata. Sebagian dari alasan di balik konflik di bekas Yugoslavia pada 1990-an adalah perbedaan agama antara Kristen Ortodoks Serbia, orang Kroasia Katolik, dan Muslim Bosnia. Mengapa Bosnia dikonversi secara massal ke Islam di bawah Kekaisaran Ottoman, sedangkan daerah Balkan lainnya - dengan pengecualian Albania, yang juga menjadi sebagian besar beragama Islam - Kristen tetap, adalah subyek beasiswa banyak setelah perang Balkan yang diikuti runtuhnya Yugoslavia pada tahun 1991.
Sebelum invasi Ottoman, Bosnia adalah salah satu daerah Balkan hanya tanpa kesetiaan yang kuat untuk Kristen. Sebuah Bosnia independen Gereja telah didirikan pada abad ke 11, di luar yurisdiksi baik Katolik atau Ortodoks Gereja, tapi bahkan yang berada di goyah pada saat invasi Ottoman dari abad ke-15. Kebanyakan sarjana menolak teori lama yang Bosnia menjadi negara Islam karena masuknya umat Islam yang datang ke wilayah ini setelah invasi Ottoman. angka sensus Ottoman menunjukkan bahwa ada dalam migrasi sebenarnya sangat sedikit untuk Bosnia oleh Turki, meningkatnya jumlah umat Islam adalah karena konversi Bosnia sudah tinggal di wilayah itu. Pada tahun 1468-9, hanya setelah penaklukan Ottoman Bosnia, Ottoman tercatat sekitar 185.000 orang Kristen tinggal di sana, karena bertentangan dengan 1.700 Muslim. Pada 1485, angka itu 155.000 22.000 Kristen dan Muslim. Pada 1520, ada sekitar 98.000 84.000 Kristen dan Muslim, dan oleh 1600 kaum muslim mayoritas di Bosnia. Menimbang bahwa populasi keseluruhan tidak meningkat secara signifikan selama periode ini, jelas bahwa tidak ada masuknya Muslim dari luar daerah, orang Bosnia sendiri hanya dikonversi.
Kelemahan Gereja Kristen di Bosnia merupakan faktor paling penting dalam konversi massa Islam yang terjadi di sana. Ada kurangnya organisasi Gereja di Bosnia, terutama bila dibandingkan dengan tetangga Serbia atau Kroasia. Bosnia Banyak yang tidak mematuhi Kristen melakukannya tanpa bimbingan dari apapun otoritas Gereja lebih tinggi di wilayah tersebut. Kurangnya panduan menyebabkan perkembangan semacam folk Kristen di Bosnia, di mana orang diadaptasi ritual tradisional dan praktek untuk kebutuhan mereka sendiri. Tidak sulit untuk mentransfer kesetiaan seseorang untuk bentuk yang sama populer rakyat Islam setelah invasi Ottoman, terutama karena banyak dari hari-hari libur tradisional Bosnia 'dan festival tetap sama.
Hal itu juga bermanfaat untuk Bosnia untuk masuk Islam, karena mereka kemudian bisa menghindari membayar jizyah, pajak dibayar oleh semua non Muslim di kerajaan Islam. Dalam Ortodoks Serbia, di sisi lain, keinginan untuk mengubah agama untuk alasan keuangan seperti itu tidak kuat, karena Ottoman tampak cukup positif tentang Kristen Ortodoks. Itu adalah Gereja Katolik yang paling menderita di bawah Ottoman, karena itu adalah Gereja sebagian besar musuh Eropa Dinasti Utsmani, dan dengan demikian Gereja Ortodoks Serbia dirawat dengan cukup baik. Bahwa toleransi Gereja Ortodoks Serbia menjelaskan mengapa tidak masuk Islam ke tingkat yang sama seperti Bosnia. Katolik Kroasia, sama, menjadi surga bagi umat Katolik melarikan diri pendudukan Ottoman di daerah Balkan lainnya, dan dengan demikian juga tidak punya keinginan untuk masuk Islam. Hal itu juga bermanfaat untuk Bosnia untuk masuk Islam, karena mereka kemudian bisa menghindari membayar jizyah, pajak dibayar oleh semua non Muslim di kerajaan Islam. Dalam Ortodoks Serbia, di sisi lain, keinginan untuk mengubah agama untuk alasan keuangan seperti itu tidak kuat, karena Ottoman tampak cukup positif tentang Kristen Ortodoks. Itu adalah Gereja Katolik yang paling menderita di bawah Ottoman, karena itu adalah Gereja sebagian besar musuh Eropa Dinasti Utsmani, dan dengan demikian Gereja Ortodoks Serbia dirawat dengan cukup baik. Bahwa toleransi Gereja Ortodoks Serbia menjelaskan mengapa tidak masuk Islam ke tingkat yang sama seperti Bosnia. Katolik Kroasia, sama, menjadi surga bagi umat Katolik melarikan diri pendudukan Ottoman di daerah Balkan lainnya, dan dengan demikian juga tidak punya keinginan untuk masuk Islam.
Meningkatnya pengaruh Islam di Bosnia pada abad ke-16 memimpin Dinasti Utsmani untuk melakukan pembangunan monumen Islam banyak, terutama masjid dan jembatan. Masjid utama di Bosnia adalah Gazi Husrev Beg Masjid, dinamai Gubernur Bosnia, dan dibangun pada tahun 1531 oleh arsitek yang sama yang kemudian membangun Masjid Selimiye di Edirne untuk Sultan Selim I. Masjid menjalani rekonstruksi pada tahun 1996 setelah rusak perang. Lain monumen Islam terkenal di Bosnia adalah Jembatan Lama di kota Mostar, yang dibangun oleh Dinasti Utsmani pada 1566. Hal ini dihancurkan oleh pengeboman pada tahun 1993, dan kini telah digantikan oleh sebuah jembatan gantung sementara.
Runtuhnya komunisme di Eropa timur, memberi pengaruh positif bagi perkembangan Islam di wilayah tersebut. Dinamika Islam di Bosnia menjadi salah satu buktinya. Begitu komunisme runtuh, wajah Islam di Bosnia menjadi terlihat lebih dominan. Fakta ini diungkapkan oleh Harun Karcic, peneliti Universitas Bologna yang baru merampungkan risetnya soal kebangkitan Islam di Bosnia.
Menurut dia, ada dua faktor lain selain runtuhnya komunisme yang menjadikan Islam bangkit di wilayah tersebut. “Kereuntuhan komunisme di tahun 1991, itu jelas menjadi faktor utama,” tulis dia di situs media asal Turki, Zaman. Rezim komunis di masa lalu memberi banyak pembatasan bagi warga setempat untuk menjalankan ekspresi keagamaannya.
Dua faktor selain runtuhnya komunisme, kata dia adalah, pembantaian dan globalisasi. Perang yang menghancur leburkan Bosnia dan merenggut banyak nyawa umat Islam menjadi pemicu besar bagi bangkitnya kembali Islam di wilayah tersebut. “Orang-orang kaya dari Timur Tengah menggelontorkan banyak dana untuk membangun masjid di Bosnia,” kata Karcic.
Sedangkan globalisasi, dinilainya, menjadi salah satu alasan terjadinya transfer pengetahuan dan informasi tentang Islam secara deras. Hal ini, imbuh Karcic, mendorong tumbuhnya kesadaran baru tentang Islam di wilayah tersebut. Apalagi saat pembantaian terhadap rakyat Bosnia berlangsung, respons paling kuat muncul dari negara-negara Islam. Ini, kata Karcic, bisa terjadi akibat efek globalisasi.
Kondisi ini sangat berbeda jauh dibanding saat rezim komunis berkuasa sebelum tahun 1990-an. Waktu itu, masjid maupun madrasah-madrasah ditutup secara paksa oleh rezim komunis. Dua bangunan tersebut merupakan simbol yang sangat penting bagi tumbuhnya dinamika Islam. Penutupan masjid dan madrasah ini berpengaruh secara langsung bagi surutnya dinamika Islam di Bosnia.[4]



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Bosnia dan Herzegovina, juga dikenal sebagai Republik Bosnia dan Herzegovina, adalah sebuah negara di semenanjung Balkan di selatan Eropa seluas 51.129 km² (19.741 mil2) dengan jumlah sekitar empat juta penduduk. Negara Bosnia dikenal dalam bahasa resminya sebagai Bosna i Hercegovina dalam huruf Latin dan Босна и Херцеговина dalam huruf Sirilik; namun biasanya, dipendekkan menjadi Bosnia.
Lebih dari 95% populasi Bosnia dan Herzegovina milik salah satu dari tiga kelompok etnis konstitutif: Bosnia, Serbia dan Kroasia. Lebih dari 95% populasi Bosnia dan Herzegovina milik salah satu dari tiga kelompok etnis konstitutif: Bosnia, Serbia dan Kroasia. Bosnia-Herzegovina adalah salah satu negara kecil di Semenanjung Balkan, Eropa bagian Tenggara. Luas wilayahnya hanya 51.233 km persegi (sedikit lebih luas dari Propinsi Jawa Timur). Islam masuk ke kawasan Balkan (termasuk Bosnia) sekitar tahun 1389, ketika wilayah Balkan ada di bawah kekuasaan Turki Utsmani antara abad XII hingga akhir abad.
Banyak republik juga terletak dalam Karst, sebuah dataran tinggi batu kapur tandus rusak oleh depresi dan pegunungan. Bagian utara dari republik ini sangat hutan, sedangkan bagian selatan memiliki area datar tanah subur. Mereka wilayah datar digunakan terutama sebagai lahan pertanian. Sungai utama termasuk Bosnia Bosna, yang Sava, yang mengalir di sepanjang perbatasan utara, dan sungai yang Sava, Una, Drina, dan Vrbas. Sungai ini semua aliran utara, hanya beberapa sungai lainnya, terutama Neretva, aliran menuju Laut Adriatik. Lembah-lembah sungai utara melebar menjadi dataran subur Sava, yang membentang di ketiga utara Bosnia.
Walaupun seluruh daerah Balkan berada di bawah kendali Ottoman di beberapa titik selama eksistensi bahwa Kekaisaran, menyebarkan Islam di seluruh wilayah tidak merata. Sebagian dari alasan di balik konflik di bekas Yugoslavia pada 1990-an adalah perbedaan agama antara Kristen Ortodoks Serbia, orang Kroasia Katolik, dan Muslim Bosnia. Mengapa Bosnia dikonversi secara massal ke Islam di bawah Kekaisaran Ottoman, sedangkan daerah Balkan lainnya - dengan pengecualian Albania, yang juga menjadi sebagian besar beragama Islam - Kristen tetap, adalah subyek beasiswa banyak setelah perang Balkan yang diikuti runtuhnya Yugoslavia pada tahun 1991.
B.    SARAN
Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat. Amin.


[1] Id.m.wikipedia.org/wiki/Bosnia_dan_Herzegovina.
[2] Abdul Halim. Negeri-Negeri Muslim Yang Terjajah.Bogor. 2004.

[3] Nurcholis Majid. Ensiklopedi Islam. PT Ichtiar Van Hoeve. Jakarta. 2005.

[4] www.almujtaba.com




DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. Negeri-Negeri Muslim Yang Terjajah.Bogor. 2004.
Id.m.wikipedia.org/wiki/Bosnia_dan_Herzegovina.
Nurcholis Majid. Ensiklopedi Islam. PT Ichtiar Van Hoeve. Jakarta. 2005.
www.almujtaba.com.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar