Nama :
Muhammad Fajri
Nim : 421006007
jurusan : BPI ( Fak. Dakwah IAIN Ar-raniry Banda
Aceh)
leting/unit : 2010/05
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Orientasi dan Pengenalan Negara
Bosnia dan
Herzegovina, juga dikenal sebagai Republik Bosnia dan Herzegovina,
adalah sebuah negara di semenanjung Balkan di
selatan Eropa seluas
51.129 km² (19.741 mil2) dengan jumlah sekitar empat juta penduduk.
Negara Bosnia dikenal dalam bahasa resminya sebagai Bosna i Hercegovina
dalam huruf Latin dan Босна и Херцеговина dalam huruf Sirilik; namun
biasanya, dipendekkan menjadi Bosnia.
Negara ini didiami oleh tiga kelompok etnik
yang utama: Bosnia,
Serbia
dan Kroasia. Warga
Bosnia secara umum dikenali sebagai Bosnians dalam bahasa Inggris
tanpa memandang bangsa mereka. Pemerintahan negara ini dilakukan secara
terpencar dan negara Bosnia sebenarnya terdiri dari persekutuan dua buah
wilayah yang utama, yaitu, Federasi
Bosnia dan Herzegovina dan Republika
Srpska.
Dibatasi oleh Kroasia
di utara, barat dan selatan, Serbia
di timur, dan Montenegro
di selatan, Bosnia dan Herzegovina adalah sebuah negara yang dikelilingi oleh
daratan kecuali pesisir pantai Laut Adriatik
yang sepanjang 20 km yang berpusat di kota Neum. Pedalaman
negara ini penuh dengan pegunungan dan juga sungai yang kebanyakan tidak bisa
ditempuh. Ibukota yang sekaligus kota terbesar ialah Sarajevo.
Ini merupakan salah satu negara
kecil di Semenanjung Balkan, Eropa Tenggara, pecahan bekas Republik Federasi
Sosialis Yugoslavia. Luas wilayahnya hanya 51.233 km2. Sedikit lebih luas dari Propinsi
Jawa Timur. Sejarah Bosnia yang mayoritas (40%) dari 3,6 juta penduduknya
beragama Islam, memang tak bisa dipisahkan dari Yugoslavia yang berdiri pada
1918.
Tak lama
setelah berdiri, Yugoslavia sebenarnya nyaris mengalami perpecahan seperti
sekarang. Pemilu pada 1920 melahirkan kekuatan yang relatif setara dari
sejumlah partai yang mewakili setiap etnis di Yugoslavia. Akibatnya, pada 6
Januari 1929 konstitusi dibatalkan dan Yugoslavia memasuki sistem pemerintahan
kerajaan diktatorial di bawah Raja Alexander. Sistem pemerintahan republik
dengan konstitusi baru diterapkan selepas PD II pada November 1945 di bawah
kepemimpinan Josip Broz Tito.
Pada 1991, keruntuhan Yugoslavia
benar-benar menjadi kenyataan. Awalnya, Slovenia dan Kroasia yang menyatakan memisahkan diri dari
Yugoslavia, menjadi negara berdaulat. Selepas itu, Yugoslavia menjadi negara yang senantiasa berubah,
baik wilayahnya maupun populasinya. Menyusul Slovenia dan Kroasi, Bosnia melalui suatu referendum pun
menyatakan pemisahan diri dari Yugoslavia dan menjadi negara berdaulat dipimpin
Presiden Alija Izatbigovic. Inilah yang memicu pembantaian rakyat Muslim Bosnia
oleh bangsa Serbia pimpinan Slobodan Milosevic pada 1992.
Serbia
berupaya mempertahankan kesatuan Yugoslavia. Etnis Serbia yang umumnya bergama
Kristen Ortodox ini ingin mendominasi pemerintahan, militer dan administrasi
negara. Di Serbia terdapat sekitar 6 juta etnis Serbia, sedangkan di Bosnia
1,36 juta jiwa dan di Kroasia 0,5 juta jiwa. Milosevic berobsesi mewujudkan
Negara Serbia Raya yang bersifat monoetnis, maka ia menentang habis-habisan
berdirinya Bosnia Herzegovina yang mayoritas Muslim dengan melakukan
pembersihan etnis non-Serbia.
Menghadapi aksi Serbia yang
membabi buta, pada 1994 etnis Kroasia di Bosnia dan Musim Bosnia bersatu
melawan kebiadaban Serbia. Namun karena persenjataan yang tak berimbang, mereka jadi
bulan-bulanan Serbia. Perang sipil selama 44 bulan itu, diperkirakan memakan korban tak
kurang 200 ribu jiwa, jutaan lainnya kehilangan rumah dan terpencar-pencar dari
keluarga. Mayoritas
dari mereka adalah ummat Islam. Milosevic didukung Panglima Angkatan Bersenjata Radovan Karadzic,
melakukan pembantaian membabi buta. Saat itulah nama Bosnia Herzegovina mencuat
ke dunia dan mengundang simpati khususnya dari negara-negara Islam. Namun
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO)-lah yang akhirnya menghentikan aksi
brutal Serbia dengan serangan udara ke Serbia dan Montenegro. Pada
penghujung 1995 NATO memaksa Serbia menandatangani perjanjian damai yang
dilakukan di Dayton, Ohio, AS. Islam masuk ke kawasan Balkan, termasuk Bosnia, sekitar tahun
1389. Yaitu
saat wilayah Balkan ada di bawah kekuasaan Turki Ottoman antara abad XII hingga
akhir abad XIX. Setelah berada dalam dominasi kekuasaan komunis, umat Islam
Bosnia mengalami sekularisasi yang kuat.
Selama
berada di bawah Yugoslavia, Bosnia Herzegovina termasuk yang paling miskin
dibandingkan negara bagian lain. Selama berada di bawah Yugoslavia, Bosnia
Herzegovina termasuk yang paling miskin dibandingkan negara bagian lain.
Sedangkan di timur berbatasan dengan Serbia. Untuk memulihkan kondisi ekonomi,
Bosnia masih harus mengandalkan bantuan luar negeri. Antara lain dari Bank
Pembangunan Islam (IDB) yang pada September 2000 mendirikan Bank Internasional
Bosnia. Bank tersebut dibentuk dengan modal dasar sebesar 300 juta dolar AS
dengan modal disetor sebesar 60 juta dolar AS. Modal tersebut antara lain
berasal dari IDB serta bank Islam lainnya sebagai pendiri seperti Bank Islam
Abu Dhabi, Bank Islam Dubai, Bank Islam Bahrain serta dari investor swasta muslim
lainnya.[1]
B.
Kemunculan
Negara Bosnia
Bosnia dan Herzegovina merupakan sebuah
wilayah perbatasan antara Kebudayaan Barat dan Timur. Pada Abad Pertengahan,
wilayah tersebut menjadi ajang pertikaian dan perebutan pengaruh antara Romawi Barat
yang Katolik
dan Romawi Timur yang Ortodoks. Di tengah-tengah pergulatan tersebut, ikut
pula sebuah kelompok bid'ah Kristen yang disebut Bogomil. Sekte ini terutama beranggotakan masyarakat
kelas atas Bosnia. Kekuatan ketiga yang berpengaruh dalam sejarah negeri itu
muncul pada akhir abad ke-13,
ketika wilayah tersebut ditaklukkan oleh Turki Usmani
yang beragama Islam. Pengikut
Bogomil berbondong-bondong pindah ke agama Islam
sehingga agama tersebut lenyap. Perpindahan agama tersebut kebanyakan terjadi
persamaan derajat yang ditawarkan oleh Islam. Jika mereka masuk Islam maka
mereka akan mendapatkan kedudukan yang sama tingginya dengan orang Islam lainnya,
akan tetapi bila mereka tetap pada agama agama leluhurnya maka mereka akan
berstatus sebagai orang -orang yang kalah dalam peperangan tunduk dalam aturan Islam.
Hal itu bukan omong kosong belaka. Dalam
perkembangannya, kaum Muslim Bosnia mendapatkan status sama dengan orang Turki
asli. Mereka menjadi tangan kanan orang Turki untuk memerintah penduduk Bosnia
yang tetap memeluk agama leluhurnya. Masuknya pemikiran nasionalisme membawa
perubahan besar dan tajam di Bosnia. Apabila sebelumnya secara umum penduduk
wilayah itu disebut orang Bosnia dan hanya dibedakan menurut agamanya, kini
mereka mengidentifikasikan diri dengan tetangganya. Orang Bosnia yang menganut
Kristen Ortodoks mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Serbia sementara penganut Katolik menjadi orang Kroasia. Ketika Turki melemah, negara-negara
jajahannya di Balkan memerdekakan diri. Salah satu di antaranya adalah Serbia.
Ketika Turki melemah, negara-negara jajahannya di Balkan memerdekakan diri.
Salah satu di antaranya adalah Serbia. Hal tersebut kemudian mendorong kaum
nasionalis Serbia membunuh putera mahkota kekaisaran tersebut di Sarajevo pada tahun 1914, yang kemudian menyebabkan pecahnya Perang Dunia I. Setelah PD I usai, Bosnia dan Herzegovina, bersama-sama
dengan Kroasia, Slovenia, dan Vojvodina, diserahkan oleh Austria kepada Kerajaan Serbia-Montenegro. Dari penggabungan ini muncullah Kerajaan Yugoslavia (Slavia Selatan).
Akan tetapi perpecahan segera melanda negeri
itu akibat pertentangan dua etnis utamanya. Orang Serbia berusaha membangun
negara kesatuan sementara orang Kroasia menginginkan federasi yang longgar.
Kaum Muslim Bosnia terjebak dalam pertikaian tersebut karena kedua pihak
memperebutkan wilayah tersebut. Beberapa kaum Muslim mendukung klaim Serbia dan
menyebut dirinya sebagai Muslim Serbia. Namun lebih banyak lagi yang pro
-Kroasia dan menyebut dirinya sebagai orang Muslim Kroasia. Pertentangan
tersebut kemudian meledak menjadi kekerasan setelah Jerman Nazi menguasai Yugoslavia tahun 1941.
Setelah
menaklukkan Yugoslavia, Hitler menggabungkan bekas propinsi Kroasia, Bosnia,
dan Herzegovina ke dalam negara boneka yang disebut sebagai Negara Kroasia
Merdeka (lebih dikenal dengan inisial Kroasianya, NDH). Negara tersebut
dipimpin oleh Ante Pavelic, pemimpin
organisasi nasionalis ekstrim Kroasia, Ustasa (pemberontak). Rezim NDH ini
berusaha membersihkan wilayahnya dari orang Serbia, Yahudi, dan Gipsi.
Oleh
karena besarnya jumlah penduduk Serbia di NDH, kaum Ustasa bersekutu dengan
kaum Muslim guna mengimbanginya. Banyak orang Muslim yang bergabung dengan
rezim tersebut, di mana bahkan wakil presiden dan menlu NDH adalah tokoh-tokoh
Muslim.
Kaum
Muslim juga bergabung dengan Jerman dalam memerangi gerilyawan, baik Chetnik
maupun Partisan. Dua divisi SS (Schutzstaffel, pengawal
elit Hitler yang ditakuti) dibentuk dari kalangan kaum Muslim Bosnia, yaitu
Divisi 'Handzar' dan 'Kama'.
Banyak
orang Serbia yang selamat bergabung dengan gerilyawan Chetnik yang pro-raja dan
kemudian melancarkan pembantaian balasan terhadap orang Kroasia dan Muslim.
Konflik etnis berdarah ini memberikan keuntungan bagi kelompok Partisan
pimpinan Tito. Oleh karena berhaluan komunis yang tidak membeda-bedakan latar
belakang etnis dan agama, kelompok ini menarik pendukung dari berbagai latar
belakang yang tidak menyukai pertumpahan darah di antara sesama warga
Yugoslavia. Dengan demikian, kaum Partisan berhasil merebut kekuasaan di
seluruh Yugoslavia setelah usainya perang.
Setelah
meraih kekuasaan atas Yugoslavia, Josip Broz Tito berusaha
membangun kembali persaudaran negeri itu di bawah bendera komunisme. Dalam upayanya
untuk mengatasi perselisihan antar kelompok etnis dan agama, dia membentuk
negeri itu menurut sistem federal yang ditarik berdasarkan etnisitas. karena
memiliki penduduk yang plural, merupakan ujian berat bagi Tito. Orang Serbia
menuntut penggabungan wilayah tersebut karena penduduk Serbia yang hampir
mencapai setengah dari total penduduk di sana pada masa itu. Akan tetapi Tito
menolaknya. Dia tidak ingin membuat Serbia menjadi kuat seperti sebelumnya.
Oleh karena itu, dia memutuskan untuk memecah belah orang Serbia. Wilayah
Serbia diperkecil dengan membentuk dua republik federal (yaitu Montenegro dan
Makedonia) serta dua provinsi otonom (Vojvodina dan Kosovo). Tito,
sebagai seorang Kroasia-Bosnia, memutuskan bahwa wilayah Bosnia dan Herzegovina
harus menjadi sebuah republik federal. Dengan demikian, orang Serbia dapat
diimbangi oleh gabungan Muslim-Kroasia di wilayah tersebut.
Dalam
menghadapi ketidakpuasan atas keputusan tersebut, rezim Tito memakai tangan besi untuk
menghadapinya. Cara tersebut memang efektif tapi hanya untuk sementara waktu.
Ketika Tito meninggal, pertikaian antar etnik dan agama kembali meletus di
Yugoslavia, yang kemudian meruntuhkan negara tersebut.
C. Kemerdekaan Bosnia dan Herzegovina
Yugoslavia
terpecah-belah pada tahun 1991 setelah runtuhnya rezim-rezim Komunis di Eropa
Timur. Mengikuti contoh Kroasia dan Slovenia, pada bulan Maret 1992 Bosnia dan Herzegovina menyatakan
kemerdekaannya melalui referendum yang diikuti oleh masyarakat Muslim dan
Kroasia Bosnia. Hal tersebut ditentang oleh penduduk Serbia yang ingin
menguasai seluruh wilayah eks Yugoslavia.
Di bawah
pimpinan Radovan Karadzic, orang Serbia Bosnia memproklamasikan
Republik Srpska. Dengan bantuan pasukan federal pimpinan Jenderal Ratko
Mladic, orang Serbia Bosnia berhasil menguasai 70 persen wilayah negeri
itu. Dalam konflik ini, etnis Serbia yang mayoritas berusaha melenyapkan etnis
Muslim dan Kroasia. Terjadilah pembantaian terbesar dalam sejarah yang jumlah
korbannya hanya kalah oleh Perang Dunia. Pembunuhan, penyiksaan dan pemerkosaan
olah Kaum Serbia kemudian menyebabkan pemimpin-pemimpin Serbia ditetapkan
sebagai penjahat perang oleh PBB. Dalam perkembangan terakhirpun mereka
menyatakan tidak puas karena tidak berhasil membersihkan etnik Muslim- Bosnia.
Akhirnya,
setelah perang berdarah yang berlarut-larut, perdamaian di antara ketiga
kelompok tersebut berhasil dipaksakan oleh NATO. Sesuai dengan Kesepakatan Dayton tahun 1995, keutuhan wilayah Bosnia dan
Herzegovina ditegakkan namun negara tersebut dibagi dalam dua bagian: 51%
wilayah gabungan Muslim-Kroasia (Federasi Bosnia dan Herzegovina) dan 49%
Serbia (Republik Srpska).
Kini
negeri tersebut mulai menghirup perdamaian dan ketiga belah pihak berusaha
membangun saling percaya. Akan tetapi memang perlu waktu lama untuk
menghapuskan permusuhan berabad-abad itu. Salah satu hal yang diusahakan untuk
membangun saling percaya tersebut adalah mengadili para penjahat perang. Mantan
Presiden Republik Srpska Radovan
Karadžić berhasil ditangkap pada 21 Juli 2008, sementara mantan Panglima Tentara
Federal Jenderal Ratko Mladic belum tertangkap.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Geografis
1.
Populasi
Lebih dari 95% populasi Bosnia dan
Herzegovina milik salah satu dari tiga kelompok etnis konstitutif: Bosnia,
Serbia dan Kroasia. Lebih dari 95% populasi Bosnia dan Herzegovina milik salah
satu dari tiga kelompok etnis konstitutif: Bosnia, Serbia dan Kroasia.
Bosnia-Herzegovina adalah salah satu negara kecil di Semenanjung Balkan, Eropa
bagian Tenggara. Luas wilayahnya hanya 51.233 km persegi (sedikit lebih luas
dari Propinsi Jawa Timur). Islam masuk ke kawasan Balkan (termasuk Bosnia)
sekitar tahun 1389, ketika wilayah Balkan ada di bawah kekuasaan Turki Utsmani
antara abad XII hingga akhir abad.
Pada tahun 1918, Bosnia menjadi
wilayah Yugoslavia. Akhir Perang Dunia ke II menempatkan rezim komunis di
puncak kekuasaan Yugoslavia. Mulai saat itulah umat Islam Bosnia mengalami
sekularisasi yang kuat, hingga sebagian besar kaum muslimin Bosnia melupakan
agamanya meskipun masih mengaku beragama Islam.
Keruntuhan komunis di Uni Soviet
membawa efek yang serupa pada Yugoslavia yang merupakan negara satelit Uni
Soviet. Runtuhnya sistem komunis pada akhir 1988 menyebabkan Yugoslavia
terpecah menjadi enam negara, yaitu Serbia, Kroasia, Bosnia, Macedonia,
Slovenia dan Montenegro.Awalnya, Slovenia dan Kroasia menyatakan memisahkan
diri dari Yugoslavia dan menjadi negara berdaulat. Selepas itu, Yugoslavia
menjadi negara yang senantiasa berubah, baik wilayahnya maupun populasinya.
Menyusul Slovenia dan Kroasia, Bosnia melalui referendum tahun 1992 pun
menyatakan pemisahan diri dari Yugoslavia dan menjadi negara berdaulat dipimpin
Presiden Alija Izatbigovic. Inilah yang memicu pembantaian rakyat Muslim Bosnia
oleh bangsa Serbia pimpinan Slobodan Milosevic pada 1992.
Serbia berupaya mempertahankan
kesatuan Yugoslavia. Etnis Serbia yang umumnya bergama Kristen Ortodox ini
ingin mendominasi pemerintahan, militer dan administrasi negara. Di Serbia
terdapat sekitar 6 juta etnis Serbia, sedangkan di Bosnia 1,36 juta jiwa dan di
Kroasia 0,5 juta jiwa. Milosevic berobsesi mewujudkan Negara Serbia Raya yang bersifat
monoetnis, maka ia menentang habis-habisan berdirinya Bosnia Herzegovina yang
mayoritas Muslim dengan melakukan pembersihan etnis non-Serbia dan merebut
wilayah dari Bosnia dan Kroasia. Negara Bosnia yang dideklarasikan pada tahun
1992 merupakan negara multietnis berpenduduk 4,3 juta jiwa, dengan komposisi
43,7% etnis Bosnia (90% muslim), 31,3% etnis Serbia/Serbia-Bosnia (93% beragama
Kristen Ortodox), 17,3% etnis Kroasia/Kroasia-Bosnia (88% beragama Katolik
Roma) dan etnis lainnya 5,5%.
Pada awal terjadinya perang di
tahun 1992, warga negara Bosnia yang terdiri atas etnis Bosnia dan etnis
Kroasia bersama-sama menghadapi serangan tentara Serbia. Namun ketika keadaan
Bosnia mencapai titik kritis, dimana sekitar 70% wilayah Bosnia direbut oleh
Serbia, etnis Kroasia di Bosnia dibantu Negara Kroasia berkhianat dan berusaha
merebut wilayah Bosnia yang tersisa (30%). Akibatnya Kroasia berhasil menguasai
20% wilayah Bosnia, sementara warga muslim Bosnia hanya menguasai 10%
wilayahnya. Tindakan ini menjadikan muslim Bosnia terjepit oleh serangan dua
musuh sekaligus. Ironisnya, dalam keadaan seperti ini PBB dan negara-negara
Barat bersikeras mempertahankan embargo senjata pada muslim Bosnia. Mereka
menutup mata terhadap pembantaian besar-besaran yang terjadi di depan mata
mereka. Dalam langkah majunya menguasai wilayah Bosnia, pasukan Serbia
melakukan pembantaian massal pada muslim Bosnia. Mereka yang beruntung masih
hidup dipaksa meninggalkan tempat tinggalnya. Sejarah mencatat perang ini
ditandai dengan pemerkosaan terhadap para wanita Islam dilakukan secara massal
dan sistematis. Bayi-bayi hasil perkosaan tentara Serbia akan dianggap warga
etnis Serbia. Dengan demikian, kelak Serbia dapat mengklaim sebagai etnis
mayoritas di wilayah-wilayah yang didudukinya. Serangan Serbia (yang kemudian
dibantu oleh Kroasia) terhadap muslim Bosnia telah menyebabkan tragedi
kemanusiaan yang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia kedua.
Pecahnya perang di Bosnia tidak
luput dari perhatian para mujahidin yang baru saja berhasil menjatuhkan
pemerintahan komunis di Kabul. Lima orang mujahidin dari Afghanistan segera
bertolak ke Bosnia mengecek kondisi yang sebenarnya. Salah satu dari mereka
adalah Syeikh Abu Abdul Aziz. Beliau adalah salah satu pemuda yang sejak awal
bergabung dalam jihad Afghan karena seruan Syeikh Abdullah Azzam, semoga Allah
menerima syahid beliau. Temuan para utusan tersebut di lapangan membenarkan
terjadinya pembantaian terhadap kaum muslimin di Bosnia.
Maka mulailah para mujahidin dari
seluruh dunia mengalir masuk ke Bosnia. Mereka ditempatkan dalam satu batalion
yang khusus terdiri atas mujahidin non Bosnia. Mereka datang dari seluruh
dunia, bahkan sebenarnya para mujahid Arab adalah minoritas, menurut Syeikh Abu
Abdul Aziz. Batalion itu dinamai Katibat al-Mujahidin (Batalion Mujahidin), atau
Odred El-Mudzahidin dalam bahasa Bosnia. Batalion tersebut merupakan
bagian dari Angkatan Bersenjata Bosnia, yaitu Batalion ke-Tujuh (SEDMI
KORPUS, ARMIJA REPUBLIKE BH) Angkatan Darat Bosnia.
Krisis yang terjadi akibat serangan Serbia dan
Kroasia, ditambah kehadiran para mujahidin asing yang ikhlas mengingatkan
rakyat Bosnia akan agama yang telah mereka tinggalkan selama ini. Semangat
muslim Bosnia untuk kembali pada Islam semakin besar. Masjid-masjid mulai
dipenuhi jamaah. Jilbab semakin banyak dikenakan para muslimah Bosnia.
Majelis-majelis ilmu dan tahfiz Qur�an
mulai bermunculan kembali. Dengan pertolongan Allah, melalui perjuangan rakyat
Bosnia dan mujahidin asing, lambat laun keadaan mulai berubah. Kepada tentara
muslim Bosnia, mujahidin asing berbagi taktik dan strategi untuk mengalahkan
musuh yang memiliki persenjataan yang lebih kuat, hasil pengalaman perang
sebelas tahun di Afghanistan. Angkatan Bersenjata Bosnia dan mujahidin asing
tidak lagi bertahan. Mereka melancarkan berbagai operasi penyerangan untuk
merebut daerah-daerah strategis di Bosnia. Daerah-daerah yang dikuasai oleh
pasukan Serbia, satu per satu berhasil direbut kembali.
Khawatir dengan tekanan balik dari
pasukan muslim, negara-negara Barat segera mensponsori perundingan damai.
Berbagai bentuk tekanan diberikan kepada ketiga pihak yang bertikai, agar
mereka dapat menghentikan perang dan berunding. Pada tahun 1994 Kroasia
menandatangani perjanjian damai dengan Bosnia dan bersama-sama mendirikan
Federasi Bosnia. Saat muslim Bosnia berhasil menguasai kembali 51% wilayahnya,
di bawah tekanan politik negara-negara Barat dan krisis ekonomi yang mencekik,
pemerintah Bosnia terpaksa menandatangani Perjanjian Dayton di Paris
pada Desember 1995. Wilayah Bosnia dipecah menjadi dua negara bagian, yaitu
Federasi Bosnia (berisikan warga etnis Bosnia dan Kroasia) dengan luas wilayah
51% dan Republik Serbska (berisikan warga etnis Serbia) dengan luas wilayah
49%.
Maka berakhirlah perang yang telah
membawa begitu banyak korban : diperkirakan antara 100.000 hingga 200.000 ribu
orang telah tewas (sekitar 69% korban tewas adalah muslim Bosnia), lebih dari
40.000 wanita diperkosa, dan 1,8 juta orang terpaksa mengungsi.
2.
Natural
dan Human Resource(Sumber Alam)
Bosnia memiliki luas wilayah 51.129 km persegi (19.741 mil ²). Ini
adalah negara pegunungan. Secara khusus, perpanjangan Alpen Dinarik, yang
merupakan perbatasan barat Bosnia dengan Kroasia, melintasi bagian barat dan
selatan republik. Puncak tertinggi adalah Gunung Maglic, berukuran 2.387 m
(7831 ft), di perbatasan dengan BENIH tersebut. Banyak republik juga terletak
dalam Karst, sebuah dataran tinggi batu kapur tandus rusak oleh depresi dan
pegunungan. Bagian utara dari republik ini sangat hutan, sedangkan bagian
selatan memiliki area datar tanah subur. Mereka wilayah datar digunakan
terutama sebagai lahan pertanian. Sungai utama termasuk Bosnia Bosna, yang
Sava, yang mengalir di sepanjang perbatasan utara, dan sungai yang Sava, Una,
Drina, dan Vrbas. Sungai ini semua aliran utara, hanya beberapa sungai lainnya,
terutama Neretva, aliran menuju Laut Adriatik. Lembah-lembah sungai utara
melebar menjadi dataran subur Sava, yang membentang di ketiga utara Bosnia.
Sebuah iklim Mediterania berlaku di selatan, dengan cerah, musim
panas yang hangat dan ringan, musim hujan. Iklim kontinental dimodifikasi musim
panas yang hangat dan musim salju yang dingin mendominasi wilayah pedalaman
utara. Pada elevasi yang lebih tinggi, pendek, musim panas dingin dan panjang,
musim dingin yang parah dengan salju yang umum. Suhu rata-rata untuk Sarajevo,
di zona benua, adalah -1 ° C (30 ° F) pada bulan Januari dan 20 ° C (68 ° F)
pada bulan Juli.
Bosnia adalah tanah bumi dominan coklat. Hutan Beech merupakan
vegetasi alam primer. Di antara satwa liar yang ditemukan di negara ini
kelinci, lynxes, musang, berang-berang, rubah, kucing liar, serigala, beruang
abu-abu, chamois, rusa, elang, burung bangkai, mouflon (domba liar), dan elang.
Lynxes, musang, dan berang-berang memiliki status spesies yang terancam punah.
Bosnia kaya akan sumber daya alam. Sumber daya ini termasuk tanah
luas dan tanah yang subur, hutan yang luas, dan deposito berharga mineral
seperti garam, mangan, perak, timah, tembaga, bijih besi, kromium, dan
batubara.
Polusi udara dari tanaman metalurgi, kekurangan air, dan layanan
sanitasi yang buruk atau gagal adalah beberapa masalah yang dihadapi negara,
tetapi kerusakan infrastruktur karena perang saudara yang berlangsung dari 1991
sampai 1995 adalah edisi terbaru yang paling mendesak. Sebagian besar aktivitas
sejak akhir perang masih terkonsentrasi pada pemulihan kebutuhan dasar dan
jasa, daripada mengatasi permasalahan lingkungan secara langsung. Namun,
meskipun keasyikan mereka dengan membangun kembali infrastruktur perang-robek,
para pemimpin di Bosnia dan Herzegovina tidak kehilangan isu lingkungan-negara
itu seorang pengamat di Kongres Konservasi Dunia di Montreal pada tahun 1996.[2]
3.
Perkembangan Perekonomian
Selain Mantan Republik Yugoslavia Makedonia, Bosnia dan
Herzegovina adalah republik yang paling berkembang di bekas Yugoslavia. Para ekonomi terencana terpusat telah mengakibatkan beberapa
warisan dalam perekonomian. Pertanian terutama di sektor swasta, dengan
kepemilikan pertanian kecil dan tidak menguntungkan, sehingga makanan yang
paling yang diimpor. Industri ini sangat kelebihan pegawai, yang mencerminkan
kekakuan ekonomi terencana. Ini host bagian besar tanaman pertahanan Yugoslavia
untuk alasan militer, dan dalam arti itu, berada di pusat bekas Yugoslavia.
Tiga tahun perang terakhir (1992-1995) menghancurkan perekonomian
dan infrastruktur di Bosnia dan Herzegovina, menyebabkan produksi menurun
sebesar 80%, pengangguran untuk terbang, dan kematian sekitar 100 000 orang dan
pemindahan setengah populasi. Bosnia telah menghadapi tantangan ganda: tidak
hanya untuk pulih dari perang tetapi juga untuk menyelesaikan transisi dari
sosialisme ke kapitalisme.
Dengan perdamaian gelisah di tempat, output pulih tahun 1996-1999
pada tingkat persentase yang tinggi dari basis yang rendah, tetapi pertumbuhan
output melambat pada 2000-2002. Bagian dari lag dalam output dibuat di
2003-2005.Sayangnya, data ekonomi adalah penggunaan terbatas karena, walaupun
kedua angka masalah entitas, tingkat nasional statistik tidak tersedia.Pasar
abu-abu merupakan sumber pendapatan penting bagi para pedagang Bosnia.
The 'Marka konvertibilna-KM' (tanda konversi atau BAM) - mata uang
nasional diperkenalkan pada tahun 1998 - yang dipatok terhadap euro, dan
kepercayaan pada mata uang dan sektor perbankan telah meningkat. Pelaksanaan
privatisasi, bagaimanapun, telah lambat, dan entitas lokal hanya enggan
mendukung lembaga-lembaga di tingkat nasional.
Bank Sentral Bosnia dan Herzegovina didirikan pada tahun 1997-an,
negosiasi utang sukses diadakan dengan London Club pada Desember 1997, dan
dengan Paris Club pada bulan Oktober 1998, dan mata uang baru, Bosnia dan
Herzegovina tanda konversi, diperkenalkan pada pertengahan 1998. Pada tahun
1999, Mark Konversi memperoleh penerimaan yang lebih luas, dan Bank Sentral
secara dramatis meningkatkan kepemilikan cadangannya.
Perbankan reformasi dipercepat pada tahun 2001 sebagai biro
pembayaran dari perang bekas pra-Bosnia dan Herzegovina ditutup, bank asing,
terutama dari Eropa barat, kini menguasai sebagian besar sektor perbankan. Tapi
defisit rekening yang cukup besar saat ini dan tingkat pengangguran yang tinggi
tetap dua masalah ekonomi paling serius.
Meskipun utama upaya bantuan internasional, laju pemulihan
pasca-perang ekonomi telah jauh lebih lambat dari yang diharapkan. PDB menurut
pengeluaran diperkirakan pada KM 24 161 juta di tahun 2007, merupakan
peningkatan nominal sebesar 14,23% dari tahun 2006 sampai 2007. Sejak perang
berakhir, BiH telah menarik hanya sekitar KM 2,1 miliar dalam investasi asing.
Data ekonomi yang langka.
B. Peradaban dan Budaya
1.
Budaya Kehidupan
Bosnia dan Herzegovina adalah salah satu negara paling beragam di
bekas Yugoslavia, dan Anda akan merasakan ini segera ketika Anda kunjungi. Di
Bosnia dan Herzegovina, tiga kelompok membentuk persentase terbesar penduduk:
orang Bosnia, Kroasia, dan Serbia. Anda juga dapat menemukan orang-orang
Yahudi, Rumania, Albania, dan Turki di Bosnia dan Herzegovina. Dengan ini kaya
perpaduan budaya dan keyakinan, Anda akan merasa tenggelam dalam cara yang
sangat tua dan kompleks kehidupan.
Budaya Di pedesaan di Bosnia dan Herzegovina, keluarga biasanya
hidup di rumah-rumah dari batu bata, batu, atau kayu. Desa rumah secara
tradisional zadrugas, yang terdiri dari beberapa keluarga yang tinggal di lahan
umum. Keluarga berbagi tanggung jawab pertanian untuk meringankan beban kerja
pertanian banyak. Hari ini, Anda masih akan menemukan suasana komunitas besar
di desa-desa kecil dan daerah pinggiran kota sama.
Banyak Bosnia adalah Muslim, dan jika Anda merencanakan kunjungan
rumah selama perjalanan Anda, ingatlah bahwa Anda melepas sepatu latihan rutin
dalam rumah tangga Muslim. Sandal pada umumnya diberikan oleh tuan rumah ketika
Anda mengunjungi rumah Bosnia.
2.
Kehidupan Keluarga
Sesepuh dihormati dalam budaya Bosnia dan dianggap sangat penting
anggota keluarga. pendapat mereka dan keinginan selalu ditangani dengan
hati-hati.
Bahkan, kehidupan keluarga pada umumnya mungkin tampak lebih
formal, termasuk hubungan antara orang tua dan anak-anak. Bosnia budaya masih mempertahankan
kelompok-kelompok keluarga besar, yang berarti bahwa kakek dan nenek hidup
dengan anak-anak dewasa mereka dan merawat anak-anak sementara orang tua sedang
bekerja. Orangtua biasanya dipraktekkan, dan semua anak-anak dibesarkan dengan
nilai-nilai menghormati kerabat mereka yang lebih tua dan mengetahui bahwa
mereka akan sangat peduli mungkin untuk kerabat yang lebih tua di kemudian
hari.
Keluarga terpengaruh oleh perang pada 1990-an, dimana pengunjung
harus diingat. Beberapa keluarga telah rusak dan sekarang dipimpin oleh janda
setelah suami hilang dalam konflik. Selain itu, berbagai daerah mencapai
konsentrasi yang lebih tinggi selama perang. Lebih banyak orang pindah ke
kota-kota dari daerah pedesaan, di mana mereka tetap hari ini. daerah Suburban
menjadi lebih padat penduduk di pertengahan 1990-an, menambahkan bahkan
kepribadian lebih ke daerah-daerah yang sudah beragam. [3]
3.
Budaya Perkawinan
Perempuan biasanya bekerja di luar rumah mereka di kota-kota
besar. Di Bosnia dan Herzegovina, wanita memiliki hak-hak politik dan ekonomi
yang sama. Dalam banyak keluarga, perempuan mungkin lebih bertanggung jawab
untuk tugas-tugas rumah tangga seperti belanja makanan, pekerjaan rumah tangga,
dan perawatan anak, terutama di lebih daerah Bosnia pedesaan.
4.
Makanan
Anda akan menemukan bahwa tidak peduli yang masakan Anda memilih
untuk sampel, maka kemungkinan besar menggabungkan daging panggang yang lezat,
sayuran rebus, dan roti di sebuah perkumpulan kombinasi. Bosnia memiliki
tradisional rebusan kubis dan daging, dan Burek dan PIDA, yang berlapis pai
daging dan keju. Coba baklava, Turki manis, untuk menghabisi makanan Anda.
5.
Budaya Wisata
Di Bosnia dan Herzegovina, tip di bar dan restoran diharapkan. Di
restoran yang lebih kecil, itu bukan adat tetapi selalu dihargai. Aim dari
5-10% dari total.
Hati-hati Gunakan ketika mendiskusikan politik. Sementara Bosnia
banyak yang baik ramah dan antusias untuk berbicara tentang subjek apapun, itu
disarankan agar Anda mendengarkan pendapat politik dan tidak selalu milikmu
suara.
C. Perkembangan Islam di Bosnia
Walaupun seluruh daerah Balkan berada di bawah
kendali Ottoman di beberapa titik selama eksistensi bahwa Kekaisaran,
menyebarkan Islam di seluruh wilayah tidak merata. Sebagian dari alasan di
balik konflik di bekas Yugoslavia pada 1990-an adalah perbedaan agama antara
Kristen Ortodoks Serbia, orang Kroasia Katolik, dan Muslim Bosnia. Mengapa
Bosnia dikonversi secara massal ke Islam di bawah Kekaisaran Ottoman, sedangkan
daerah Balkan lainnya - dengan pengecualian Albania, yang juga menjadi sebagian
besar beragama Islam - Kristen tetap, adalah subyek beasiswa banyak setelah
perang Balkan yang diikuti runtuhnya Yugoslavia pada tahun 1991.
Sebelum invasi Ottoman, Bosnia adalah salah
satu daerah Balkan hanya tanpa kesetiaan yang kuat untuk Kristen. Sebuah Bosnia
independen Gereja telah didirikan pada abad ke 11, di luar yurisdiksi baik
Katolik atau Ortodoks Gereja, tapi bahkan yang berada di goyah pada saat invasi
Ottoman dari abad ke-15. Kebanyakan sarjana menolak teori lama yang Bosnia
menjadi negara Islam karena masuknya umat Islam yang datang ke wilayah ini
setelah invasi Ottoman. angka sensus Ottoman menunjukkan bahwa ada dalam
migrasi sebenarnya sangat sedikit untuk Bosnia oleh Turki, meningkatnya jumlah
umat Islam adalah karena konversi Bosnia sudah tinggal di wilayah itu. Pada
tahun 1468-9, hanya setelah penaklukan Ottoman Bosnia, Ottoman tercatat sekitar
185.000 orang Kristen tinggal di sana, karena bertentangan dengan 1.700 Muslim.
Pada 1485, angka itu 155.000 22.000 Kristen dan Muslim. Pada 1520, ada sekitar
98.000 84.000 Kristen dan Muslim, dan oleh 1600 kaum muslim mayoritas di
Bosnia. Menimbang bahwa populasi keseluruhan tidak meningkat secara signifikan
selama periode ini, jelas bahwa tidak ada masuknya Muslim dari luar daerah,
orang Bosnia sendiri hanya dikonversi.
Kelemahan Gereja Kristen di Bosnia merupakan
faktor paling penting dalam konversi massa Islam yang terjadi di sana. Ada
kurangnya organisasi Gereja di Bosnia, terutama bila dibandingkan dengan
tetangga Serbia atau Kroasia. Bosnia Banyak yang tidak mematuhi Kristen
melakukannya tanpa bimbingan dari apapun otoritas Gereja lebih tinggi di
wilayah tersebut. Kurangnya panduan menyebabkan perkembangan semacam folk
Kristen di Bosnia, di mana orang diadaptasi ritual tradisional dan praktek
untuk kebutuhan mereka sendiri. Tidak sulit untuk mentransfer kesetiaan
seseorang untuk bentuk yang sama populer rakyat Islam setelah invasi Ottoman,
terutama karena banyak dari hari-hari libur tradisional Bosnia 'dan festival
tetap sama.
Hal itu juga
bermanfaat untuk Bosnia untuk masuk Islam, karena mereka kemudian bisa
menghindari membayar jizyah, pajak dibayar oleh semua non Muslim di
kerajaan Islam. Dalam Ortodoks Serbia, di sisi lain, keinginan untuk mengubah
agama untuk alasan keuangan seperti itu tidak kuat, karena Ottoman tampak cukup
positif tentang Kristen Ortodoks. Itu adalah Gereja Katolik yang paling
menderita di bawah Ottoman, karena itu adalah Gereja sebagian besar musuh Eropa
Dinasti Utsmani, dan dengan demikian Gereja Ortodoks Serbia dirawat dengan
cukup baik. Bahwa toleransi Gereja Ortodoks Serbia menjelaskan mengapa tidak
masuk Islam ke tingkat yang sama seperti Bosnia. Katolik Kroasia, sama, menjadi
surga bagi umat Katolik melarikan diri pendudukan Ottoman di daerah Balkan
lainnya, dan dengan demikian juga tidak punya keinginan untuk masuk Islam. Hal
itu juga bermanfaat untuk Bosnia untuk masuk Islam, karena mereka kemudian bisa
menghindari membayar jizyah, pajak dibayar oleh semua non Muslim di
kerajaan Islam. Dalam Ortodoks Serbia, di sisi lain, keinginan untuk mengubah
agama untuk alasan keuangan seperti itu tidak kuat, karena Ottoman tampak cukup
positif tentang Kristen Ortodoks. Itu adalah Gereja Katolik yang paling
menderita di bawah Ottoman, karena itu adalah Gereja sebagian besar musuh Eropa
Dinasti Utsmani, dan dengan demikian Gereja Ortodoks Serbia dirawat dengan
cukup baik. Bahwa toleransi Gereja Ortodoks Serbia menjelaskan mengapa tidak
masuk Islam ke tingkat yang sama seperti Bosnia. Katolik Kroasia, sama, menjadi
surga bagi umat Katolik melarikan diri pendudukan Ottoman di daerah Balkan
lainnya, dan dengan demikian juga tidak punya keinginan untuk masuk Islam.
Meningkatnya
pengaruh Islam di Bosnia pada abad ke-16 memimpin Dinasti Utsmani untuk
melakukan pembangunan monumen Islam banyak, terutama masjid dan jembatan.
Masjid utama di Bosnia adalah Gazi Husrev Beg Masjid, dinamai Gubernur Bosnia,
dan dibangun pada tahun 1531 oleh arsitek yang sama yang kemudian membangun
Masjid Selimiye di Edirne untuk Sultan Selim I. Masjid menjalani rekonstruksi
pada tahun 1996 setelah rusak perang. Lain monumen Islam terkenal di Bosnia
adalah Jembatan Lama di kota Mostar, yang dibangun oleh Dinasti Utsmani pada
1566. Hal ini dihancurkan oleh pengeboman pada tahun 1993, dan kini telah
digantikan oleh sebuah jembatan gantung sementara.
Runtuhnya
komunisme di Eropa timur, memberi pengaruh positif bagi perkembangan Islam di
wilayah tersebut. Dinamika Islam di Bosnia menjadi salah satu buktinya. Begitu
komunisme runtuh, wajah Islam di Bosnia menjadi terlihat lebih dominan. Fakta
ini diungkapkan oleh Harun Karcic, peneliti Universitas Bologna yang baru
merampungkan risetnya soal kebangkitan Islam di Bosnia.
Menurut
dia, ada dua faktor lain selain runtuhnya komunisme yang menjadikan Islam
bangkit di wilayah tersebut. “Kereuntuhan komunisme di tahun 1991, itu jelas
menjadi faktor utama,” tulis dia di situs media asal Turki, Zaman. Rezim
komunis di masa lalu memberi banyak pembatasan bagi warga setempat untuk
menjalankan ekspresi keagamaannya.
Dua faktor
selain runtuhnya komunisme, kata dia adalah, pembantaian dan globalisasi.
Perang yang menghancur leburkan Bosnia dan merenggut banyak nyawa umat Islam
menjadi pemicu besar bagi bangkitnya kembali Islam di wilayah tersebut.
“Orang-orang kaya dari Timur Tengah menggelontorkan banyak dana untuk membangun
masjid di Bosnia,” kata Karcic.
Sedangkan
globalisasi, dinilainya, menjadi salah satu alasan terjadinya transfer
pengetahuan dan informasi tentang Islam secara deras. Hal ini, imbuh Karcic,
mendorong tumbuhnya kesadaran baru tentang Islam di wilayah tersebut. Apalagi
saat pembantaian terhadap rakyat Bosnia berlangsung, respons paling kuat muncul
dari negara-negara Islam. Ini, kata Karcic, bisa terjadi akibat efek
globalisasi.
Kondisi
ini sangat berbeda jauh dibanding saat rezim komunis berkuasa sebelum tahun
1990-an. Waktu itu, masjid maupun madrasah-madrasah ditutup secara paksa oleh
rezim komunis. Dua bangunan tersebut merupakan simbol yang sangat penting bagi
tumbuhnya dinamika Islam. Penutupan masjid dan madrasah ini berpengaruh secara
langsung bagi surutnya dinamika Islam di Bosnia.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Bosnia dan
Herzegovina, juga dikenal sebagai Republik Bosnia dan Herzegovina,
adalah sebuah negara di semenanjung Balkan di
selatan Eropa seluas
51.129 km² (19.741 mil2) dengan jumlah sekitar empat juta penduduk.
Negara Bosnia dikenal dalam bahasa resminya sebagai Bosna i Hercegovina
dalam huruf Latin dan Босна и Херцеговина dalam huruf Sirilik; namun
biasanya, dipendekkan menjadi Bosnia.
Lebih dari 95% populasi Bosnia dan
Herzegovina milik salah satu dari tiga kelompok etnis konstitutif: Bosnia,
Serbia dan Kroasia. Lebih dari 95% populasi Bosnia dan Herzegovina milik salah
satu dari tiga kelompok etnis konstitutif: Bosnia, Serbia dan Kroasia.
Bosnia-Herzegovina adalah salah satu negara kecil di Semenanjung Balkan, Eropa
bagian Tenggara. Luas wilayahnya hanya 51.233 km persegi (sedikit lebih luas
dari Propinsi Jawa Timur). Islam masuk ke kawasan Balkan (termasuk Bosnia)
sekitar tahun 1389, ketika wilayah Balkan ada di bawah kekuasaan Turki Utsmani
antara abad XII hingga akhir abad.
Banyak republik juga terletak dalam Karst, sebuah dataran tinggi
batu kapur tandus rusak oleh depresi dan pegunungan. Bagian utara dari republik
ini sangat hutan, sedangkan bagian selatan memiliki area datar tanah subur.
Mereka wilayah datar digunakan terutama sebagai lahan pertanian. Sungai utama
termasuk Bosnia Bosna, yang Sava, yang mengalir di sepanjang perbatasan utara,
dan sungai yang Sava, Una, Drina, dan Vrbas. Sungai ini semua aliran utara,
hanya beberapa sungai lainnya, terutama Neretva, aliran menuju Laut Adriatik.
Lembah-lembah sungai utara melebar menjadi dataran subur Sava, yang membentang
di ketiga utara Bosnia.
Walaupun seluruh daerah Balkan berada di bawah
kendali Ottoman di beberapa titik selama eksistensi bahwa Kekaisaran,
menyebarkan Islam di seluruh wilayah tidak merata. Sebagian dari alasan di
balik konflik di bekas Yugoslavia pada 1990-an adalah perbedaan agama antara
Kristen Ortodoks Serbia, orang Kroasia Katolik, dan Muslim Bosnia. Mengapa
Bosnia dikonversi secara massal ke Islam di bawah Kekaisaran Ottoman, sedangkan
daerah Balkan lainnya - dengan pengecualian Albania, yang juga menjadi sebagian
besar beragama Islam - Kristen tetap, adalah subyek beasiswa banyak setelah
perang Balkan yang diikuti runtuhnya Yugoslavia pada tahun 1991.
B. SARAN
Demikian makalah yang
dapat kami susun dan kami sangat menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan
maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat
kami harapkan. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat.
Amin.
[1]
Id.m.wikipedia.org/wiki/Bosnia_dan_Herzegovina.
[2]
Abdul Halim. Negeri-Negeri Muslim Yang
Terjajah.Bogor. 2004.
[3]
Nurcholis Majid. Ensiklopedi Islam.
PT Ichtiar Van Hoeve. Jakarta. 2005.
[4]
www.almujtaba.com
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. Negeri-Negeri
Muslim Yang Terjajah.Bogor. 2004.
Id.m.wikipedia.org/wiki/Bosnia_dan_Herzegovina.
Nurcholis Majid.
Ensiklopedi Islam. PT Ichtiar Van Hoeve. Jakarta. 2005.
www.almujtaba.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar