Halaman

Selasa, 05 Juni 2012

Teuku dan Cut Aceh dari Waktu ke waktu


Teuku dan Cut Aceh dari Waktu ke waktu
DI ACEH, banyak kita temui orang-orang yang memiliki embel-embel "CUT atau TEUKU" yang terletak diawal namanya. Biasanya, Cut ini melekat pada nama wanita dan Teuku untuk pria., seperti Cut Safitri, Teuku Mulkan, Cut Lia, Teuku Hafas, dll. Gelar ini bukanlah gelar yang bisa dengan tiba-tiba saja muncul , tapi Cut dan Teuku ini menjadi simbol yang menunjukkan bahwa seseorang itu memiliki garis keturunan yang erat dengan kerajaan Aceh dulu. Jika di Jawa, kita mengenal Raden sebagai panggilan bagi seseorang yang memiliki darah bangsawan, maka di Aceh kita kenal dengan sebutan Cut dan Teuku ini

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiae6h3iF36DGK9-chclqIhZmhU77S5QLeCt9RA3-qSaHvY8Q6yBJHDQweIFvH46y6w9BHiJ-uDv8DiPXjUr9t7R9anjPsUi4Q1YMon36EhFIe6nqcGGTb9lHZVkGXJ9H8Dq7PKWtXWd0o/s320/LO.jpg
Cut Nyak Meutia

Teuku dan Cut ini merupakan gelar yang diberikan berdasar sistim monarki yang ada di Aceh dulu sebagai  garis keturunan dari Ulee Balang Kerajaan Aceh. Teuku adalah sebuah gelar ningrat atau kebangsawanan, khusus untuk kaum pria suku Aceh yang memiliki kekuasaan memimpin wilayah nanggroe atau kenegrian. Gelar Teuku bersifat turun menurun, seorang anak laki-laki diberi gelar Teuku, bilamana ayahnya juga memiliki gelar Teuku. Seorang Teungkudapat pula berubah menjadi Teuku, apabila jabatan keagamaannya dialihkan ke jabatan pemerintahan. Seringkali orang Indonesia salah dalam menuliskannya, misalnya Teungku Umar, padahal seharusnya Teuku Umar.
Sedangkan Cut diperuntukkan untuk kaum perempuan. Gelar ini diturunkan sampai ke anak cucunya jika perempuan bangsawan tersebut menikah dengan laki-laki dari kalangan bangsawan juga, yang bergelar Teuku.

Dulunya, bagi para bangsawan Aceh sangat penting untuk mempertahankan garis keturunan mereka ini. Agar keturunan mereka tetap memiliki gelar "Teuku dan Cut", seorang Teuku harus menikahi seorang Cut atau menikahi wanita yang bukan Cut namun harus memiliki akhlak yang baik dan taat pada agama. Begitu pula dengan seorang Cut, seandainya saja dia tidak menikahi seorang Teuku, maka gelar bangsawan pada keturunannya akan hilang.
Seorang yang memiliki gelar Teuku dan Cut dipandang baik oleh masyarakatnya. Karena mereka secara strata memiliki derajat yang tinggi, berpendidikan dan sangat taat pada agama. Teuku zaman dulu sangat alim dan memiliki wawasan yang sangat luas, terlebih lagi dalam membangun Aceh. Begitu pula dengan Cut, seorang Cut dulunya memiliki sikap yang begitu mengagumkan, lemah lembut namun tegas dalam membina dan mengatur rumah tangganya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvZ7gxSxbcmmZ41W1Yf6tQEX2rA1Bl1iFpj-U8xRdy3lZ9VTyVArcJ7S64FssQ4GjFiB70jfQ7AUpfrMykmyLuzpoGy92FCzK4sUjU6WJzmMTxxVc8nwhN1KYT9VblOru1CDQEe7va5DM/s1600/teuku-umar.jpg
Teuku Umar Johan Pahlawan

Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan tenggelamnya kerajaan-kerajaan Aceh. Keadaan strata sosial ini pun berubah. Keturunan para Teuku dan Cut memang masih banyak tersebar di seluruh penjuru Aceh, bahkan hingga keluar Aceh. Namun, kedudukannya tidaklah sama seperti dulu. Pergeseran nilai-nilai adat pun mulai terjadi, dari era tradisional menjadi era modern seperti saat ini. Sudah banyak kalangan Cut dan Teuku yang tidak lagi menerapkan tradisi dan tata cara yang dilakukan oleh orang-orang yang terdahulu. Bahkan dalam pernikahan pun, Teuku dan Cut banyak yang sudah tidak melakukan pernikahan dengan gelar yang sestrata. Mereka bisa bebas menikah dengan orang pilihannya, walaupun tidak memiliki gelar yang sama. Dengan resiko, gelar tersebut akan hilang pada generasi keturunannya.

Bukan hanya itu, efek dari pergeseran nilai ini pun berpengaruh pada pembentukan sikap, perilaku , serta kedudukan keturunan Teuku dan Cut generasi modern ini. Jika dulu keturunan ini dipandang mulia oleh masyarakatnya sebagai bagian dari para bangsawan Aceh, saat ini keturunan Cut dan Teuku ini hampir bisa disamakan dengan kalangan masyarakat biasa yang tidak memiliki gelar itu, tidak ada lagi strata sosial yang menjadi pembatas. Tidak seperti di Jawa, yang gelar bangsawan atau "darah birunya" masih melekat erat dan sangat diagungkan serta dihormati oleh masyarakatnya. Terlebih lagi di Keraton Yogyakarta, yang masih dengan kental mempertahankan adat turun temurunnya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbb9IeKYueTFk7ZNewKq39k8P8LSJaAJS2VfrEKHhUPJePiqIkhk-TI8IRBxH52RcVQ-Xj1RshUgUpAnwsIBCzFDfLyCx9c5nIcKyVTIr-f2tui2hFBdHvsovw7xlMZJ_A-_QsApkfVGM/s320/cut+nyak+dien.jpg
Cut Nyak Dhien

Memang, ada sebagian golongan Teuku dan Cut ini yang masih dimuliakan dan dihormati masyarakat Aceh,  terlebih bagi mereka yang memiliki kedudukan penting dalam pemerintahan, masyarakat ataupun dalam agama. Namun, banyak juga keturunan ulee balang ini yang saat ini justru malah mencoreng marwah dari garis keturunan mereka sendiri. Tingkah laku Teuku dan Cut Aceh "sebagian" tidak mencerminkan dan meneladani tingkah para bangsawan Aceh terdahulu, baik dari segi moral dan agama. Terlebih lagi  pada kebanyakan generasi-generasi saat ini, sifat kebagsawanan tak lagi melekat padanya.
Pengaruh modernisasi mulai mengikis nilai-nilai strata sosial monarki yang ada di Aceh. Keberadaan Teuku dan Cut mulai kehilangan "ruh"nya. Tidak ada perbedaan mendasar antara keturunan dari golongan Cut dan Teuku ini dengan masyarakat pada umumnya selain hanya pada gelar di nama dan darah saja. Aceh mulai kehilangan entitas budaya yang selama berabad-abad dulu pernah jaya.
Apalagi saat ini, banyak Teuku dan Cut menjadi artis yang dengan jelas menonjolkan "KeAcehan"nya, lantas bertingkah yang tak wajar dan tak pantas sehingga nama Aceh tercoreng. Nama Cut dan Teuku  justru dijadikan sebagai alat untuk menjual dan promosi diri menjadi "babu seni".

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgbkkc6GPJyX6qXC7OIIPKNreWFYRMKCYuN2SD2ZyNxSkf_vMk7bB5WPG6Qw6Aigy3us4tVQAOaHtZWvlCWUz9tutpn5R7OmnkydKlsE1uNCKPEP9_S1BBjE19LkIvXS64ZgGPZL6N2hw/s1600/images.jpg
Cut Tari

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimI-IzYAH2-JyCnNahKpCSLCEvqgOGvvFVMfdnVrvfIMwHF0lhj6b0H8_vXg2q45ueB-A2WKfhnjGjrArKf3Xoafl3jJuCUdvoAQOHycgqQUS0LRD5pETGUDM8jdw2CRNRukUqyY_RziA/s1600/images.jpg
Teuku Ryan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEha3z6jW9UjuuAazTh47wxODgIxmBNXqBhHPUN_diq8IbAsqqWpXx5Ryf_JxiEBeuXhxIBGD4UPYpRYIF5QdCsDVkYRl2cCjctH4M-lsQtlWbTof_2znfNYB4GSQNGNU5wQEoibQnS4hBE/s320/cut_keke_150.jpg
Cut Keke

Alangkah baiknya, dengan gelar tersebut, jadilah bangsawan yang tetap mempertahankan marwah Aceh...Aceh dikenal dengan ketegaran dan keagungan para Teuku dan Cut.
Karena itu bukan hanya sekedar gelar...!


SUMBER
 :
http://mudabentara.wordpress.com/2008/06/04/tentang-sejarah-uleebalang-teuku-dan-cut/
http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/14/cut-cinta-untuk-teuku/
http://blogpejantantanggung.blogspot.com/2011/05/9-gelar-dalam-kerajaan-aceh.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar