Rencong Aceh: dari senjata ke cinderamata
Selama
masa-masa perjuangan rakyat Aceh dulu, dikenal sangat banyak senjata yang
digunakan oleh rakyat Aceh untuk melawan para penjajah. Jika di Jawa kita
mengenal keris sebagai senjata tradisionalnya, dan di Papua menggunakan pisau
belati maka di Aceh kita mengenal Rencong sebagai senjata tradisionalnya selain
meriam dan senjata api. Sehingga salah satu gelar tanah Aceh disebut juga
sebagai “Tanah Rencong”.
Nah, Rencong atau ada pula
yang menyebutnya reuncong, merupakan senjata tradisional
masyarakat Aceh. Rencong Aceh memiliki bentuk seperti huruf [L] atau lebih
tepat seperti tulisan kaligrafi bismillah. Rencong termasuk
dalam kategori dagger atau belati (bukan pisau atau pedang).
Dulunya, Rencong selain
menjadi simbol kebesaran para bangsawan, merupakan lambang keberanian para
pejuang dan rakyat Aceh di masa perjuangan. Keberadaan rencong sebagai simbol
keberanian dan kepahlawanan masyarakat Aceh terlihat bahwa hampir setiap pejuang
Aceh, membekali dirinya dengan rencong sebagai alat pertahanan diri. Namun
sekarang, setelah tak lagi lazim digunakan sebagai alat pertahanan diri,
rencong berubah fungsi menjadi barang cinderamata yang dapat ditemukan hampir
di semua toko kerajinan khas Aceh.
Oleh para pahlawan Aceh, seperti Teuku Umar, Rencong dijadikan senjata yang selalu dibawanya ketika melawan penjajah. Rencong tersebut diselipkan ke dalam lipatan kain sarung yang dikenakan di pinggangnya. Sedangkan oleh para pejuang wanita, rencong tersebut sering diselipkan di sanggoi (sanggul) mereka. Bahkan, ada salah seorang pejuang Aceh, yaitu Teuku Nyak Arif yang akibat kegigihan sikap dan tindakannya melawan pemerintah kolonial Belanda mendapat julukan sebagai "Rencong Aceh" sebagai lambang semangat juang dan keberanian yang tinggi.
Oleh para pahlawan Aceh, seperti Teuku Umar, Rencong dijadikan senjata yang selalu dibawanya ketika melawan penjajah. Rencong tersebut diselipkan ke dalam lipatan kain sarung yang dikenakan di pinggangnya. Sedangkan oleh para pejuang wanita, rencong tersebut sering diselipkan di sanggoi (sanggul) mereka. Bahkan, ada salah seorang pejuang Aceh, yaitu Teuku Nyak Arif yang akibat kegigihan sikap dan tindakannya melawan pemerintah kolonial Belanda mendapat julukan sebagai "Rencong Aceh" sebagai lambang semangat juang dan keberanian yang tinggi.
Bentuk
rencong berbentuk kalimat bismillah, gagangnya yang melekuk kemudian menebal
pada sikunya merupakan aksara Arab Ba, bujuran gagangnya merupaka aksara Sin,
bentuk lancip yang menurun kebawah pada pangkal besi dekat dengan gagangnya
merupakan aksara Mim, lajur besi dari pangkal gagang hingga dekat ujungnya
merupakan aksara Lam, ujung yang meruncing dengan dataran sebelah atas mendatar
dan bagian bawah yang sedikit kebatas merupakan aksara Ha.
Rangkaian
dari aksara Ba, Sin, Lam, dan Ha itulah yang mewujudkan kalimat Bismillah. Jadi
pandai besi yang pertama kali membuat rencong, selain pandai maqrifat besi juga
memiliki ilmu kaligrafi yang tinggi. Oleh karena itu , rencong tidak digunakan
untuk hal-hal kecil yang tidak penting, apalagi untuk berbuat keji, tetapi
rencong hanya digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh dan
berperang dijalan Allah.
Rencong
yang ampuh biasanya dibuat dari besi-besi pilihan, yang di padu dengan logam
emas, perak, tembaga, timah dan zat-zat racun yang berbisa agar bila dalam
pertempuran lawan yang dihadapi adalah orang kebal terhadap besi, orang
tersebut akan mampu ditembusi rencong.
Gagang
rencong ada yang berbentuk lurus dan ada pula yang melengkung keatas. Rencong
yang gagangnya melengkung ke atas disebut rencong Meucungkek, biasanya gagang
tersebut terbuat dari gading dan tanduk pilihan.
Bentuk meucungkek dimaksud agar tidak terjadinya penghormatan yang berlebihan sesama manusia, karena kehormatan yang hakiki haya milik Allah semata. Maksudnya, bila rencong meucungkek disisipkan dibagian pinggang atau dibagian pusat, maka orang tersebut tidak bisa menundukkan kepala atau membongkokkan badannya untuk memberi hormat kepada orang lain karena perutnya akan tertekan dengan gagang meucungkek tersebut.
Bentuk meucungkek dimaksud agar tidak terjadinya penghormatan yang berlebihan sesama manusia, karena kehormatan yang hakiki haya milik Allah semata. Maksudnya, bila rencong meucungkek disisipkan dibagian pinggang atau dibagian pusat, maka orang tersebut tidak bisa menundukkan kepala atau membongkokkan badannya untuk memberi hormat kepada orang lain karena perutnya akan tertekan dengan gagang meucungkek tersebut.
Gagang
meucungkek itu juga dimaksudkan agar, pada saat-saat genting dengan mudah dapat
ditarik dari sarungnya dan tidak akan mudah lepas dari genggaman. Satu hal yang
membedakan rencong dengan senjata tradisional lainnya adalah rencong tidak
pernah diasah karena hanya ujungnya yang runcing saja yang digunakan.
|
Pengrajin Rencong
|
Menurut
sejarahnya, rencong memiliki tingkatan. Pertama, rencong yang
digunakan oleh raja atau sultan. Rencong ini biasanya terbuat dari gading
(sarung) dan emas murni (bagian belatinya). Kedua, rencong-rencong
yang sarungnya biasa terbuat dari tanduk kerbau atau kayu, sedangkan belatinya
dari kuningan atau besi putih.
Secara
umum, ada lima macam rencong yang menjadi senjata andalan masyarakat Aceh.
1. Rencong
Meucugek.
Disebut meucugek karena
pada gagang rencong terdapat suatu bentuk panahan dan perekat yang dalam
istilah Aceh disebut cugek atau meucugek. Cugek
ini diperlukan untuk mudah dipegang dan tidak mudah
lepas waktu menikam ke badan lawan atau musuh
lepas waktu menikam ke badan lawan atau musuh
2. Rencong Meupucok.
Rencong ini memiliki pucuk di atas gagangnya yang terbuat dari ukiran logam yang pada umumnya dari emas. Gagang dari rencong meupucok ini kelihatan agak kecil, yakni pada pegangan bagian bawah. Namun, semakin ke ujung gagang ini semakin membesar. Jenis rencong semacam ini digunakan untuk hiasan atau sebagai alat perhiasan. Biasanya, rencong ini dipakai pada upacara-upacara resmi yang berhubungan dengan masaalah adat dan kesenian.
3. Rencong Pudoi.
Rencong jenis ini gagangnya lebih pendek dan berbentuk lurus, tidak seperti rencong umumnya. Terkesan, rencong ini belum sempurna sehingga dikatakan pudoi. Istilahpudoi dalam masyarakat Aceh adalah sesuatu yang diangap masih kekurangan atau masih ada yang belum sempurna.
4. Rencong Meukuree.
Perbedaan rencong meukuree dengan jenis rencong lain adalah pada matanya. Mata rencong jenis ini diberi hiasan tertentu seperti gambar ular, lipan, bunga, dan sebagainya. Gambar-gambar tersebut oleh pandai besi ditafsirkan dengan beragam macam kelebihan dan keistimewaan. Rencong yang disimpan lama, pada mulanya akan terbentuk sejenis aritan atau bentuk yang disebut kuree. Semakin lama atau semakin tua usia sebuah rencong, semakin banyak pula kuree yang terdapat pada mata rencong tersebut. Kuree ini dianggap mempunyai kekuatan magis.
5. Rincong puntong
Keunikan dari Rincong puntong pada Hulu Puntung, dengan belati
yang ditempa dengan loga, kepala Rencong dari tanduk kerbau dan sarung dari
kayu.
Nah, seiring perkembangan zaman, keberadaan dan pemanfaatan
senjata tradisonal Aceh ini tidak lagi digunakan sebagai senjata untuk
berjuang. Saat ini, rencong Aceh sudah banyak dijadikan sebagai hiasan atau
pajangan, sering juga dijadikan sebagai souvenir oleh para wisatawan yang datang ke Aceh.
|
Rencong yang dijadikan sebagai souvenir
|
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar