Aceh dalam Konflik dan Damai
Jino lon kisah saboh riwayat
Kisah baro that...baro that di Aceh Raya
Lam karu Aceh..Aceh Timu ngon Barat ngon Barat
Bak saboh tempat...tempat meuno calitra
Na sidroe aneuk jimoe siat at
Lam jeup jeup saat saat dua ngon poma
Ditanyong bak ma bak ma ayah jinoe pat..jinoe pat?
Ulon rindu that...rindu that
keuneuk eu rupa
Nye mantong hudep meupat alamat
Uloun jak seutot ..jak seutot oh watee raya
Nye ka meuninggai..meuninggai
Meupat keuh jirat ..ouh jirat
Loun keuneuk jak siat ...jak siat loun baca do'a
Udeep di poma oh tan lee Ayah
Loun jak tueng upah tueng upah
Loen bri bu gata
Ka naseb tanyo geutanyo Kehendak bak Allah..bak Allah
Adak pih susah... susah tetap loun saba
Seuot lee poma...aneuk meutuah
Kehendak bak Allah..bak Allah geutanyo saba
Bek putoeh asa ..hai asa cobaan Allah..Ya Allah
Saba ngon tabah ..ngon tabah dudoe bahgia..
Talakee do`a ..kanibak bak Allah
Ubee musibah..musibah bek lee troh teuka
Aceh beu aman..beu aman bek lee roe darah..roe darah
Seuramoe meukkah..meukkah beu keng agama.
Download MP3 : Aneuk
Yatim-Rafly
-------------------- >>>
Okay, buat teman-teman blogger yang engga ngerti bahasa Aceh
tentunya susah untuk memahami maksud dari lirik lagu Aneuk yatim itu. Lagu ini
dinyanyikan oleh salah satu penyanyi kebanggaan Aceh, T.Rafly. Memang
lagu-lagunya banyak yang menyentuh dan sarat akan makna. Dalam lagu tersebut,
menceritakan tentang kisah pahit seorang ibu dan anaknya yang tinggal dalam
masa-masa konflik Aceh. Sang anak selalu menangis tersedu-sedu karena rindu
pada ayahnya yang tak kunjung pulang. Tiap waktu, dia menanyakan ibunya tentang
keberadaan ayahnya itu. Sang ibu hanya bisa mengelus dada, tak tahu harus
menjawab apa. Karena ayahnya itu hilang ntah kemana dibawa oleh orang-orang
yang tak dikenal.
Harapan anaknya itu, seandainya ayahnya masih hidup, suatu saat ketika dia sudah tumbuh dewasa, dia akan mencari ayahnya dan mengajaknya pulang kembali, berkumpul bertiga bersama ibunya dan memiliki keluarga yang utuh. Namun, jika ayahnya sudah meninggal hanya satu harapannya, "meupat jrat" alias tahu letak kuburan ayahnya itu agar dia bisa berdoa.
Selepas kepergian ayahnya itu, sang anaklah yang bekerja keras mencari upah untuk menghidupi kehidupannya dan ibunya. Dengan sabar dan ketabahan ibu dan anak terus bertahan. Nasib sudah diatur oleh Allah, manusialah yang harus sabar dan tidak berputus asa. Suatu saat, pasti kebahagiaan akan tiba. Harapan mereka, suatu saat Aceh akan aman dan damai. Tidak ada lagi terjadi pertumpahan darah, Aceh tetap jaya dengan mempertahankan kekokohan agama. Sehingga tak akan ada lagi anak-anak yang menjadi yatim karena ayahnya yang tak tau hilang ntah ke mana.***
Yah. Itulah segelintir kisah pahit warga Aceh yang hidup ketika terjadi konflik yang berkepanjangan. Puncaknya adalah ketika pemerintahan orde baru di bawah pimpinan presiden Soeharto. Aceh ketika itu merasa terlalu sering dikhianati dan tertindas, sedangkan pemerintahan RI menganggap Aceh telah memberontak sehingga memicu timbulnya perang di kedua belah pihak. Saat itu, saya masih duduk di bangku SD dan masih belum mengerti apa-apa, kalau tidak salah masih duduk di kelas 3 sekitar tahun 1998-1999. Keadaan Aceh sangat tidak aman, tidak yang seperti kita lihat saat ini. Rentetetan senjata api terdengar di mana-mana, pekikan referendum selalu di teriakkan.
Saya dulu masih belum paham, sebenarnya apa yang sedang terjadi saat itu. Suatu hari, ketika saya dan teman-teman sedang berada di sekolah melaksanakan aktifitas belajar seperti biasanya, dari kejauhan tiba-tiba saja terdengar suara letusan senjata api. Kontak senjata terjadi secara bertubi-tubi...
"TIARAAAPPPP....!!!!!", guru-guru pun panik dan dengan segera mengamankan kami para murid. Tak lama sesudah itu, jalanan pun ramai, anak-anak muda dan juga orang-orang tua yang pria turun ke jalan meneriakkan kata-kata referendum yang saya tak tahu artinya apa. Mereka berjalan kaki dan juga menaiki truk-truk. Dan sepulang ke rumah, barulah saya tahu kalau ternyata referendum itu adalah harapan warga Aceh untuk merdeka.
Hari-hari kami lewati dengan perasaan was was dan tak aman. Terlebih lagi para kaum pria yang sudah dewasa, jika tak waspada, maka dia akan hilang dan dibawa pergi oleh orang yang tak dikenal bersenjata dan memakai seragam.
Saya Sangat-sangat takut waktu itu, karena saya tinggal di daerah pendalam yang bertepatan di desa lameue kec,sakti kab.pidie, kampong saya dekat dengan gunung dan selalu tiap hari ada letusan senjata/bom , saya sangat panik waktu itu dan saya juga pernah ikot mengungsi waktu itu: . Perang antara kedua belah pihak (Gerakan Aceh Merdeka dan Pemerintahan RI) sering terjadi di daerah perkampungan dan hutan-hutan. Jadi, saat itu di Aceh kita tak bisa berpergian terlalu jauh dan keluar rumah di atas jam 9 malam. Jika ingin aman.
Banyak juga warga yang tak bersalah menjadi korban karena dianggap mata-mata salah satu pihak atau dianggap memberontak. tak hanya itu, para warga yang kaya juga sering menjadi korban, harta dirampas dengan alasan keperluan perang.
Makanya, saat itulah begitu banyak warga aceh yang harus menjadi
janda dan menjadi yatim. Hingga menanggung luka yang sangat dalam, bahkan ada
juga yang menaruh dendam.
Yah. Itu hanya cerita lama yang menjadi sejarah kelam masyarakat Aceh. Saat ini, Aceh sedang merentas jalan damainya. Perdamaian ini didapatkan setelah musibah besar melanda Aceh yaitu gempa dan tsunami besar tanggal 26 Desember 2004. Nah, tepatnya tanggal 15 Agustus 2005, perjanjian damai Aceh dan pemerintahan RI pun ditanda tangani. Aceh kembali aman, konflik berkepanjangan pun telah usai.
Saat ini, Aceh dituntut untuk melakukan rekonsiliasi dan rekontruksi dari konflik dan musibah yang telah didapatnya. Damai tak hanya sekedar terlepas dari konflik belaka dan pembangunan di sana-sini. Perjuangan berat warga Aceh adalah mempertahankan kedamaian Aceh dan meneruskan jalan damai dengan memajukan Aceh ini secara menyeluruh. Tanpa dendam, tanpa terikat dengan sejarah pahit masa lalu.
Memang damai sudah Aceh dapatkan, tapi untuk apakah damai jika tidak dijalani dengan baik dan benar? Korupsi masih terjadi, demo di mana-mana, pengangguran dan kemiskinan tidak bisa diberantas dan juga warga masih bermalas-malasan??
Damai bukan hanya di atas kertas, namun damai berarti terjamin kesejahteraan dan keamanan lahir dan batin. Antara warga dan pemerintahan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar