Putroe Phang ; Cinta dan Kesuksesan Sultan Aceh
Dibalik
kesuksesan seorang pria, selalu ada peran wanita "hebat" di
belakangnya
Tak lepas dari sejarah, tepatnya di daerah
Banda Aceh kini kita masih bisa mendapatkan salah satu bukti nyata bernilai
sejarah yang menunjukkan bahwa dulunya pernah berkuasa sebuah kerajaan besar di
Aceh. Di sekitar kawasan Peuniti, berseberangan dengan meuseum tsunami,
terdapat sebuah taman indah yang dikenal sebagai "Taman Putroe
Phang". Taman ini dibuat sebagai salah satu bukti cinta salah seorang
raja aceh terhadap istrinya, sehingga nama taman ini disesuaikan dengan nama
istrinya itu.
|
Taman Putroe Phang
|
Perkenalan antara Sultan Iskandar Muda dengan
Puteri Kamaliah atau Puteri Pahang berawal ketika sultan berhasil menaklukan
Pahang, Malaysia. Hal ini terjadi tepatnya pada abad ke-17, kerajaan Aceh
di bawah kekuasaan Aceh Darussalam, yang dipimpin Sultan Iskandar muda
mengalami masa keemasannya. Terlebih lagi di wilayah Selat Malaka. Dan
akhirnya, kalangan keluarga istana dan penduduk Pahang yang saat itu telah
jatuh di bawah kekuasaannya, berimigrasi ke Aceh untuk memperkuat kedudukan
pasukan Aceh.
Nah, sebagai seorang pria tentu saja sultan
memiliki ketertarikan pada wanita yang memiliki paras cantik ini, Dari sinilah
benih-benih cinta terhadap Puteri Pahang mulai tumbuh di hati Sultan Iskandar.
Sultan pun memperistri beliau dan diangkat sebagai permaisuri kerajaan. Oleh
masyarakat Aceh, Puteri ini dipanggil dengan panggilan "Putroe Phang"
sesuai dengan daerah asalnya. Sebenarnya, sebelum dinikahi oleh Sultan
Iskandar, Putroe Phang telah memiliki suami yang merupakan seorang Sultan Pahang,
yaitu Raja Abdullah. Raja Abdullah ini rela menceraikan istrinya itu untuk
dinikahi oleh Sultan Iskandar karena tau niat baik Sultan Iskandar menaklukkan
Malaysia hanyalah untuk mempertahankan agama dari para imperialis Barat.
Setelah mendapatkan persetujuan, Sultan Iskandar kemudian cerai dengan istri
pertamanya, Puteri Sendi Ratna Indra, lalu menikah dengan Putroe Phang.
Kemudian Puteri Sendi Ratna Indra itu menikah dengan Raja Abdullah.
Sebagai seorang permaisuri, Putroe Phang
memiliki kecakapan dan kebijaksanaan sehingga mahsyur di dalam masyarakat Aceh.
Dalam menyelesaikan sengketa hukum, masyarakat sering meminta pendapat beliau.
Akibat kebijaksanaan dan kecakapannya itulah, beliau menjadi rujukan dalam
penyelesaian masalah-masalah hukum.
Dalam Hadih Maja dijelaskan :
Adat Bak Putoe Meureuhom ; Adat adalah urusan Sultan (ada pada
sultan). Hukom bak syiah Kuala ( hukum islam ada pada
Ulama), Qanun bak putroe Phang (Qanun disusun oleh ratu), Reusam
Bak Lakseumana (Reusam dibuat oleh Laksamana).
Atas kerja sama yang baik antara Sultan dan
Putroe Phang-lah kerajaan Aceh Darussalam mencapai puncak keemasannya. Akibat
kecerdasannya, Putroe Phang menjadi istri sekaligus penasehat Sultan terbaik.
Jadi tak salah lagi, istilah "kesuksesan pria ada dibalik keteguhan
wanita". ;)
Kembali ke masalah taman. Ketika itulah, di
kawasan Istana Sultan Aceh di banda Aceh, ada sebuah taman yang dikenal sebagai
"Taman Putroe Phang". Dulu taman ini lah yang sering digunakan oleh
Putro Phang sebagai tempatnya bersantai . Nah, Di taman tersebut
terdapat sebuah bangunan unik, bernama Gunongan, dibuat menyerupai bukit-bukit
yang terletak di Pahang, Malaysia. Bangunan tersebut dibuat atas permintaan
sang Permaisuri sendiri, yang selalu rindu kampung halamannya, Pahang, yang
konon berbukit bukit.
|
Gunongan
|
Lebih jelasnya. Konon, Istana tempat tinggal
Putroe Phang dulunya yang ada di Pahang, terletak di daerah yang sangat
berbukit-bukit. Di belakang istana, mengalir sebuah sungai tempat beliau sering
berenang. Oleh karena itulah, Sultan Iskandar membuat sebuah taman dan menggali
sebuah sungai yang mengreplikasi tempat tinggal putri dulu agar kerinduan putri
atas kampung halamannya dapat diatasi, yang menjadi bukti kecintaan sultan atas
istrinya itu.
Di taman itu juga di bangun sebuah bangunan
megah, yaitu Pinto Khop yang menjadi tempat Puteri
beristirahat. Tak jauh dari bangunan itu, dibangun juga bangunan lainnya yang
dikenal sebagaiGunongan. Di gunongan ini, Putroe Phang biasa membasuh
rambutnya bersama dayang-dayang di sebuah kolam yang juga ada di dekatnya.
Referensi Tulisan :
Sumber Gambar :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar