APA DAN BAGAIMANA BIMBINGAN KARIER
BAGIAN PERTAMA
KONSEP DASAR BIMBINGAN KARIR
1. Makna Karier
Di masa lalu, terminologi karir dipadang oleh masyarakat awam
sebagai sebuah istilah yang eksklusif dan menjadi wacana dikalangan terbatas
saja, misalnya bagi orang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi,
pejabat publik atau orang yang memegang jabatan struktural, bahkan menyempit
dikalangan orang-orang yang sukses di sektor bisnis, pemerintahan dan birokrasi
karir. Reduksi esensi karir lainnya adalah pandangan bahwa karir identik dengan
kenaikan pangkat atau golongan secara reguler dan puncak karir terjadi ketika
seseorang memegang jabatan struKtural
Persepsi tentang ‘karir’ seperti yang dipaparkan
di atas tidak sepenuhnya benar atau seluruhnya salah. Alasannya adalah banyak
istilah yang sepintas memiliki kesamaan makna dengan karir, misalnya task,
position, job, occupation, vocation, avocation. Sejatinya karir
memiliki spektrum makna yang lebih luas dan dalam dibandingkan istilah sejenis.
Karir mengandung makna urutan okupasi, job dan posisi-posisi yang
diduduki sepanjang pengalaman kerja seseorang (Tolbert, 1974).
Sejalan dengan pendapat ini, Healy (1982: 5) mengemukakan bahwa
karir dapat didefinisikan as the sequence of major position occupied by a
person throughout his, or her pre-occupational, occupational and
post-occupational life. Kedua pengertian ini menunjukkan bahwa
karir seseorang terjadi sejak masa belajar, memiliki pekerjaan, dan saat pensiun.
Permasalahan yang muncul adalah apakah posisi belajar, pekerja dan
pensiunan dapat dikatakan sebagai karir? Itulah yang oleh Super (1976) disebut
bahwa karir lebih bersifat person oriented. Posisi tersebut dapat dipandang
sebagai karir, bergantung pada pandangan seseorang mengenai karir dan
perspektif mana yang ia gunakan. Yang paling penting adalah bagaimana kualitas
individu berperilaku pada setiap posisi tersebut (Healy, 1982). Dengan asumsi
ini dapat dikatakan bahwa kualitas perilaku pada posisi tersebut dapat
dirasakan dan bermakna bagi kehidupan individu itu sendiri dan
lingkungannva.
Karir dapat dikatakan sebagai suatu rentangan aktivitas pekerjaan
yang saling berhubungan; dalam hal ini seseoran memajukan kehidupannya dengan
melibatkan berbagai perilaku, kemampuan, sikap, kebutuhan, aspirasi, dan
cita-cita sebagai satu rentang hidupnya sendiri (the span of one's' life)
(Murray:1983).
Definisi ini memandang karir sebagai rentangan aktivitas
pekerjaan yang diakibatkan oleh adanya kekuatan inner person pada diri
manusia. Perilaku yang tampak karena adanya kekuatan motivatif, kemampuan,
sikap, kebutuhan, aspirasi, dan cita-cita sebagai modal dasar bagi karir
individu. Itulah yang oleh Healy (1982) disebut sebagai kekuatan karir (power
of caceer). Kekuatan karir ini akan tampak dalam pengguasaan sejumlah
kompetensi (fisik, sosial. intelektual, spiritual) yang mendukung kesuksesan
individu dalam karirnya.
Sukses karir dapat pula dicapai melalui pendidikan, hobby,
profesi, sosial-pribadi dan religi. Karir mencakup seluruh aspek kehidupan
individu ( Tohari, 1986:) yaitu meliputi : (1) peran hidup (life-roles),
seperti sebagai pekerja, anggota keluarga dan warga masyarakat; (2) lingkungan
kehidupan (life-settings), seperti dalam
keluarga, lembaga-lembaga masyarakat, sekolah atau dalam
pekerjaan; dan (3) peristiwa kehidupan (life-event), seperti dalam memasuki
pekerjaan, perkawinan, pindah tugas, kehilangan pekerjaan atau mengundurkan
diri dari suatu pekerjaan.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
karir merupakan perwujudan diri yang bermakna melalui serangkaian aktivitas dan
mencakup seluruh aspek kehidupan yang terwujud karena adanya kekuatan inner
person. Perwujudan diri akan bermakna manakala ada kepuasan/kebahagiaan diri
dan lingkungan.
2. Makna Bimbingan Karir
Konsep layanan bimbingan karir sulit dipisahkan dari konsep
vocational guidance yang berubah menjadi career guidance seperti yang
dikemukakan oleh National Vocational Guidance Association (NVGA) pada tahun
1973, yang diartikan sebagai proses membantu dalam memilih pekerjaan,
mempersiapkan, memasuki dan memperoleh kemajuan di dalamnya (Herr and Cramer,
1979: 6). Pada tahun 1951, Donal Super mengajukan revisi terhadap definisi
bimbingan jabatan sebagai suatu proses bantuan terhadap individu untuk menerima
dan mengembangkan diri dan peranannya secara terpadu dalam dunia kerja,
mengetes konsepnya dengan realitas dan kepuasan bagi dirinya dan masyarakat
(Herr and Cramer, 1979: 6). Atas dasar analisis itu, Super (Tennyson, et. al. ,
1974: 146) mengganti konsep vocational choice menjadi vocational
development.
Kematangan vokasional menunjukkan pada tingkat perkembangan,
tingkat yang dicapai pada kontinum perkembangan diri dari tahap eksplorasi ke
tahap kemunduran. Kematangan vokasional dipandang sebagai umur vokasional yang
secara konseptual sama dengan umur mental (Super. 1975: 185-186). Sejak tahun
1951 terjadilah pergeseran dari model okupasional yang dianut oleh para ahli
bimbingan vokasional sebelum tahun 1951 ke model karir.
Model okupasional terutama menekankan pada adanya kesesuaian
antara bakat dan minat dengan tuntutan pekerjaan; sedangkan model karir mencoba
menghubungkan dengan tujuantujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi,
kebutuhan, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan sejenisnya ikut
dipertimbangkan.
Sejalan dengan terjadiya pergeseran konsep vocational guidance
menjadi career guidance dan model okupasional menjadi karir telah banvak
dikemukakan definisi mengenai bimbingan karir.
Rochman Natawidjaja (1990: 1) memberikan pengertian bimbingan
karir sebagai berikut:
“..Bimbingan karir adalah suatu proses membantu seseorang untuk
mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang
dunia kerja di luar dirinya, mempertemukan gambaran diri tersebut dengan dunia
kerja itu untuk pada akhirnya dapat memilih bidang pekejaan, memasukinya dan
membina karir dalam bidang tersebut”. Conny Semiawan (1986:3) memberikan
definisi bimbingan karir lebih luas, yaitu seperti berikut: “..Bimbingan karir
(BK) sebagai sarana pemenuhan kebutuhan perkembangan individu yang harus
dilihat sebagai bagian integral dari program pendidikan yang diintegrasikan
dalam setiap pengalaman belajar bidang studi. Bimbingan karir terkait dengan
perkembangan kemampuan kognitif dan afektif, maupun
keterampilan seseorang dalam mewujudkan konsep diri yang positif,
memahami proses pengambilan keputusan maupun perolehan pengetahuan dan
keterampilan yang akan membantu dirinya memasuki kehidupan, tata hidup dari kejadian
dalam kehidupan yang terus-menerus berubah; tidak semata-mata
terbatas pada bimbingan jabatan atau bimbingan tugas”.
Mohamad Surya (1988:31) menyatakan bahwa bimbingan karir merupakan
salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu dalam memecahkan
masalah karir, untuk memperoleh penyesuaian diri yang sebaik-baiknya antara
kemampuan dengan lingkungan hidupnya, memperoleh keberhasilan dan perwujudan
diri dalam perjalanan hidupnya.
Dengan mencermati uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan
karir adalah suatu proses bantuan, layanan, pendekatan terhadap individu agar
dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja, merencanakan masa
depan yang sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya, mampu menentukan
dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya itu sehingga mampu mewujudkan dirinya secara bermakna. Dengan
demikian, bimbingan karir difokuskan untuk membantu individu menampilkan
dirinya yang memiliki kompetensi/keahlian agar meraih sukses dalam perjalanan
hidupnya dan mencapai perwujudan diri yang bermakna bagi dirinya dan lingkungan
di sekitarnva.
3. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Bimbingan Karir
Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan karir, perlu
rnemperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a. Bimbingan karir merupakan suatu proses ber-kelanjutan dalam
seluruh perjalanan hidup seseorang, tidak merupakan peristiwa yang
terpilah satu sama lain. Dengan demikian. bimbingan karir merupakan rangkaian
perjalanan hidup seseorang yang terkait dengan seluruh aspek pertumbuhan dan
perkembangan yang dijalaninya.
b. Bimbingan karir diperuntukkan bagi semua individu tanpa
kecuali.
Namun dalam praktiknya prioritas layanan dapat diberikan terutama
bagi mereka yang sangat memerlukan pelayanan. Skala prioritas diberikan dengan
mempertimbangkan berat-ringannya masalah dan penting tidaknva masalah untuk
segera dipecahkan. Oleh karena layanan bimbingan karir diperuntukkan bagi semua
siswa, maka pemberian layanan bimbingan karir sebaiknya lebih
bersifat preventive- developmental.
c. Bimbingan karir merupakan bantuan yang diberikan kepada
individu
yang sedang dalam proses berkembang. Dengan demikian ciri-ciri
perkembangan pada fase tertentu hendaknya menjadi dasar pertimbangan dalam
setiap kegiatan bimbingan karir.
d. Bimbingan karir berdasarkan pada kemampuan individu untuk
menentukan pilihannya. Setiap individu memiliki hak untuk
menentukan pilihan dan mengambil keputusan, tetapi harus bertanggung jawab atas
segala konsekuensi dari pilihan/keputusannya itu. Ini berarti bahwa bimbingan
karir tidak sekedar memperhatikan hak individu untuk menentukan dan memutuskan
pilihan sendiri, tetapi juga membantu individu untuk mengembangkan cara-cara
pemenuhan pilihan/putusan itu secara bertanggung jawab.
e. Pemilihan dan penyesuaian karir dimulai dengan pengetahuan
tentang diri. Hal ini mengandung arti bahwa individu perlu
memahami terlebih dahulu kemampuan yang ada dalam dirinya, seperti bakat,
minat, nilai-nilai, kebutuhan, hasil kerja/prestasi belajar dan kepribadiannva.
f. Bimbingan karir membantu individu untuk memahami dunia kerja
dan sejumlah pekerjaan yang ada di masyarakat serta berbagai sisi
kehidupannya.
4. Fenomena Masalah Karir
Jika bimbingan karir dipandang sebagai bentuk perlakuan, maka
intervensi bimbingan karir berorientasi masalah. Beberapa ahli, di antaranya
Williamson, Bordin, Byrne, dan Robinson mengemukakan klasifikasi masalah karir.
Khusus Williamson mendeskripsikan masalah karir menjadi empat jenis yaitu: (1)
no choice –individu tidak mampu membedakan secara memadai pilihan karir dan
komitmen terhadap pilihan; (2) uncertain choice – individu tidak merasa yakin
dengan pilihan karirnya; (3) unwise choice – ketidak keselarasan antara
bakat atau minat individu dengan pilihan karirnya; dan (4) discrepancy –
ketidakselarasan
antara minat dan bakat individu.
5. Spektrum Kehidupan dan Jalur Karir
Jika disederhanakan kehidupan manusia dapat dipilah menjadi tiga
episode yaitu: (1) the world of education; (2) the world of work; dan (3) the
world of retirement (Santarmaria, 1991). Selama menempuh dunia
pendidikan, individu berusaha mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, nilai-nilai, dan sikap yang dibutuhkan nanti ketika bekerja,
secara asumtif proses ini berlangsung selama lebih kurang 18-20 tahun.
Bekerja merupakan masa mengejahwantakan seluruh pengalaman belajar
yang diperoleh di dunia pendidikan, dan proses ini berlansung dari usia 20 – 60
tahun. Terakhir, masa pensiun merupakan fase terakhir dari
kehidupan atau ‘final chapter of our life’.
Dinamika transisi dari ketiga episode kehidupan tersebut antar
individu menunjukkan kecenderungan beragama. Dalam konteks jalur karir (career
path), Santamaria (1991) mengemukakan empat jalur karir
yaitu 1) steady state, 2) linear, 3) transitory, dan 4) spiral.
Jalur ‘steady state’ memerlukan komitmen jangka panjang dalam sebuah karir,
jalur linier ditandai oleh adanya mobilitas yang konstan dalam sebuah karir,
jalur transitory diwarnai oleh adanya pencarian karir yang lebih
variatif, dan jalur spiral ditandai oleh mobilitas karir secara lateral.
BAGIAN KEDUA
MAKNA DAN MATRA STRATEGI BIMBINGAN KARIR
1. Makna Strategi Bimbingan Karier
Strategi bimbingan karir pada dasarnya adalah pola umum perbuatan
pembimbing-klien dalam wujud hubungan bantuan. Pembimbing menjalankan hubungan
bantuan dengan klien dalam artian bahwa ia bersedia dan berupaya menciptakan
sistem lingkungan yang kondusif atau yang memfasilitasi perkembangan klien
untuk :
a. memahami dan menilai dirinya, terutama yang menyangkut potensi
dasar (bakat, minat, sikap, kecakapan dan cita-cita);
b. menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada pada diri dan
masyarakatnya;
c. mengetahui lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan potensi
dirinya serta jenis-jenis pendidikan dan pelatihan yang diperlukan untuk suatu
bidang tertentu;
d. menemukan dan dapat mengatasi hambatan-hambatan yang disebabkan
oleh faktor diri dan lingkungannya; dan
e. merencanakan masa depan karir dirinya.
Dalam makna strategi bimbingan karir di atas, sekaligus terkandung
tujuan yang akan dicapai dan penempatan siswa sebagai pelaku karir (subjek).
Dalam pernyataan lain, siswa terbantu dalam pembuatan dan pelaksanaan rencana,
penilaian diri dan lingkungannya, demi mencapai kesuksesan perjalanan hidup
yang bermakna horizontal (bagi sesamanya) dan vertikal (untuk Tuhannya).
2. Matra Sasaran Strategi Bimbingan Karier
Makna strategi di atas menunjukkan bahwa setiap strategi bersifat
situasional; atau dalam penggunaannya bergantung pada matra sasaran
(domain) perilaku siswa yang akan dikembangkan. Berdasarkan tujuan yang hendak
dicapai, pada gilirannya matra sasaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. matra sasaran diri klien dengan segala karakteristik
psiko-fisiknya;
b. matra sasaran nilai-nilai (values) yang berarti ide atau
gagasan konseptual tentang derajat atau kadar kepentingan dalam kehidupan
manusia;
c. matra sasaran lingkungan efektif yang secara potensial
berpengaruh terhadap diri klien;
d. matra sasaran permasalahan, baik berupa penghambat maupun
pendukung keberhasilan hidup klien dan kemungkinan penanggulangannya; dan
e. matra sasaran perencanaan dan keputusan karier yang didasarkan
atas kemampuan untuk mengelola matra sasaran (a) sampai dengan
(d).
3. Jenis Strategi Bimbingan Karier
Untuk mencapai tujuan bimbingan karier, setiap dosen pembimbing
memiliki dan dapat menempuh strategi yang berbeda-beda; sesuai dengan latar
belakang pendidikan, keahlian dan kondisi objektif klien yang
dihadapinya. Namun, apabila dikelompokkan seluruh strategi yang
dimaksud melingkupi: (a) strategi instruksional; (b) strategi
substansial/interpersonal; dan (c) strategi permainan.
a. Strategi instruksional merupakan bentuk penyelenggaraan
bimbingan karir yang diintegrasikan atau dipadukan dalam
pengajaran (instruksional). Strategi ini sangat sesuai dijalankan oleh tenaga
pengajar. Strategi instruksional cenderung bersifat informatif daripada
pemrosesan informasi. Apabila kecenderungan yang terakhir dijadikan fokus
strategi, walaupun dijalankan oleh tenaga pengajar, maka dapat diperoleh
ketepatgunaannya.
Strategi ini pada dasarnya bukanlah penyelenggaraan bimbingan
karier, melainkan pengajaran (instruksional) yang menerapkan prinsipprinsip
bimbingan karir dan lebih terfokur pada pemberian informasi karir. Strategi
bimbingan karir instruksional yang terpadu dengan pembelajaran merupakan
pemrosesan informasi karir secara klasikal atau kelompok melalui penggunaan
metode atau teknik-teknik pembelajaran, seperti :
pengajaran unit, home room, karyawisata, ceramah tokoh/nara
sumber, media audio visual, bibliografi, pelatihan kerja, career day,
wawancara, dan paket bimbingan karier.
b. Strategi substansial merupakan bentuk penyelenggaraan
bimbingan karier melalui hubungan interpersonal (antara pembimbing
dengan klien). Strategi ini lazim dipergunakan oleh dosen pembimbing dalam
bentuk wawancara konseling. Untuk mempergunakan starategi ini, diperlukan
penguasaan teori dan praktik konseling, di samping disiplin ilmu penunjang yang
terkait. Termasuk ke dalam strategi ini ialah teknik genogram dan konseling
karier.
1) Teknik genogram
Istilah genogram mulai dipopulerkan oleh Rae Wiemers Okiishi
(1987) dalam tulisannya yang berjudul The Genogram as a Tool in
CareerCounseling dimuat dalam Journal of Counselling and Development,
Volume 66. Secara etimologis, genogram berarti silsilah, yaitu
gambar asal-usul keluarga klien sebanyak tiga generasi. Penggunaan teknik
genogram dilandasi oleh asumsi bahwa ada pengaruh dari orang lain yang
berarti (significant orther) terhadap individu dalam identifikasi
perencanaan dan pemilihan karir. Konselor atau pembimbing berupaya
mengidentifikasi orang yang berarti bagi diri klien. Pada dasarnya penggunaan
genogram ini lebih merupakan teknik awal untuk memasuki konseling karir, oleh
karena itu pelaksanaannya pun bersifat individual.
Namun tidak menutup kemungkinan, wawancara genogram dapat
dipandang sebagai proses konseling karir manakala dalam wawancara tersebut
konselor (pembimbing) menerapkan prinsip-prinsip dan teknikteknik
konseling yang terfokus pada pemecahan masalah karir
klien.Penerapan teknik genogram ditempuh dalam tiga tahap, yaitu : (1)
konstruksi genogram, (2) identifikasi jabatan, dan (3) eksplorasi klien. Ketiga
tahap tersebut dapat dijelaskan berikut ini.
(a) Konstruksi genogram
Proses ini merupakan tahap pertama untuk memetakan/membuat gambar
silsilah atau asal-usul keluarga klien sebanayak tiga generasi, yaitu generasi
klien, generasi oarangtua klien dan generasi kakek nenek klien. Seluruh angota
keluarga dari ketiga generasi yang diketahui oleh klien dibuat gambarnya;
konselor membuat gambar tersebut bersama-sama dengan klien. Gambar tersebut
hendaknya memberi penjelasan hal-hal penting berkenaan dengan silsilah
dari ketiga generasi klien, dengan mencantumkan tanda atau simbol tertentu yang
dapat difahami oleh konselor dan klien.
(b) Identifikasi jabatan
Pada tahap ini konselor bersama klien berupaya menelusuri
bidangbidang pekerjaan/jabatan yang ada pada anggota keluarga dari tiga
generasi itu, termasuk usaha yang ditempuh untuk memperoleh pekerjaan/jabatan,
tingkat keberhasilan, dan konsekuensinya dalam segala aspek kehidupan yang
bersangkutan.
(c) Eksplorasi klien
Tahap ini memfokuskan kajian terhadap diri klien agar memperoleh
pemahaman diri dan lingkungan serta dapat merencanakan karirnya. Oleh karena
itu, hal-hal yang perlu dianalisis selama wawancara genogram adalah: (1) isi
pengamatan diri klien; (2) pemahaman lingkungan/dunia kerja; (3) proses
pembuatan keputusan; modelmodel pola hidup; dan (5) model-model okupasional.
Sedangkan yang perlu didiskusikan oleh dosen pembimbing dengan karyasiswa
adalah : (1) keberhasilan-keberhasilan anggota keluarga; (2) mobilitas anggota
keluarga; (3) pengelolaan waktu; dan (4) integritas diri.
2) Konseling karier
Ada beberapa teknik/pendekatan konseling karier yang dapat
diterapkan oleh dosen pembimbing. John Crites (1987) mengemukakan enam
pendekatan konseling karir, yaitu: (1) trait and factor career counseling,
(2) client-centered career counseling, (3) psychodynamic career
counseling, (4) developmental career counseling, (5) behavioral career
counseling, dan (6) comprehensive career counseling.
c. Strategi permainan, merupakan strategi alternatif
penyelenggaraan bimbingan karir. Strategi ini berlangsung melalui
permainan, yang segaligus dalam setiap permainan dapat menjangkau beberapa
matra sasaran. Permainan adalah suatu perbuatan atau kegiatan sukarela, yang
dilakukan dalam batas-batas ruang dan waktu tertentu yang sudah ditetapkan,
menurut aturan yang sudah diterima secara sukarela tapi mengikat sepenuhnya,
dengan tujuan dalam dirinya sendiri, disertai oleh perasaan tegang dan gembira,
dan kesadaran lain daripada kehidupan sehari-hari (Johan Huizinga, 1990: 39).
Definisi tersebut menyiratkan bahwa permainan memiliki ciri-ciri
khas yang membedakannya dengan kegiatan dalam kehidupan yang lain. Ciri-ciri
khas dimaksud adalah: (1) permainan adalah perbuatan yang bebas, artinya
permainan dapat ditangguhkan atau dikesampingkan setiap saat; karena ia dilakukan
tanpa paksaan/tuntutan fisik apalagi kewajiban moral, sehingga permainan
melampaui jalannya proses alami; (2)
permainan bukanlah perikehidupan yang biasa atau yang
sesungguhnya; ia merupakan suatu perbuatan keluar dari sesungguhnya, dalam
suasana kegiatan yang sementara dengan tujuan tersendiri; (3) permainan
memisahkan diri dari kehidupan biasa dalam hal tempat dan waktu, oleh karenanya
ia bercirikan tertutup dan terbatas. Ia dimainkan dalam batasbatas waktu dan
tempat tertentu, bermakna dan berlangsung dalam
dirinya sendiri, dimulai dan berakhir pada suatu saat tententu,
terdapat variasi aktifitas, serta dapat diulangi sesuai dengan kebutuhan; (4)
di dalam ruang permainan berlaku tata-tertib tersendiri yang mutlak, oleh
karena itu lebih bercirikan menciptakan ketertiban atau
keteraturan, penyimpangan atas aturan tersebut dapat merusak proses dan nilai
permainan.
Berdasarkan matra sasaran bimbingan karier yang inklusif dengan
tujuan yang ingin dicapai, dapat dikelompokkan jenis-jenis permainan sebagai
berikut: (1) permaianan ekspresi dan proyeksi diri; (2) permainan pilihan dan
putusan nilai; (3) eksplorasi dan identifikasi lingkungan; (4) diskusi isu dan
aturan; dan (5) analisis gaya hidup.
1) Permainan ekspresi dan proyeksi diri
Jenis permainan yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok ekspresi,
adalah permainan yang berupaya mengungkapkan karakteristik, ciri atau
sifat-sifat diri pribadi secara langsung, baik dalam bentuk lisan,
tulisan maupun gerak-gerik isyarat. Sebagai contoh: (a) siswa
menuliskan sifat-sifat dirinya yang baik dan yang buruk; (b) menuturkan keadaan
dirinya bila menghadapi suatu situasi atau mengemukakan penilaian atas
sifat-sifat diri yang dibutuhkan untuk suatu jenis pekerjaan; (c)
tebaktebakan tentang keadaan diri bersama orang lain.
Jenis permainan proyeksi diri merupakan permainan yang berupaya
menyingkap tabir atau selubung yang tersembunyi di balik ungkapan. Sebagai
contoh: siswa diminta pendapatnya, bila mereka mendapatkan
sejumlah uang, akan dipergunakan untuk apa. Di balik pendapatnya
itu tersimpul nilai-nilai diri yang mendasari prioritas tindakan penggunaan
uang. Dapat juga dalam bentuk karangan kepada sahabat imajiner, dan atau
gambar/lukisan keadaan diri.
2) Permainan pilihan dan putusan nilai
Banyak jenis atau metode permainan ini. Namun yang menjadi prinsip
utamanya, adalah bagaimana individu menentukan prioritas serta mengambil suatu
keputusan tindakan, yang didasarkan atas nilai-nilai yang dimilikinya. Dalam
permainan ini, klien tidak dinilai atau dievaluasi apalagi “dicap” tertentu
oleh dosen pembimbing. Permainan semata-mata dilakukan untuk menegaskan
“proses” pemilihan dan mengambil
keputusan yang paling penting dalam hidupnya. Contoh jenis
permainan ini: (a) pilihan objek wisata dan tempat liburan yang disenangi beserta
alasannya; (b) memilih kawan berbincang dalam suatu perjamuan; dan
atau (c) mengurutkan prioritas utama orang yang perlu diselamatkan
dari kecelakaan, dan sebagainya.
3) Eksplorasi dan identifikasi lingkungan
Kelompok permainan ini mengutamakan bantuan kepada klien, agar ia
mampu dan sanggup menjelajahi dan merinci lingkungan baik pendidikan maupun
pekerjaan, yang secara potensial sesuai dengan karakteristik diri pribadinya.
Sehingga wawasan karir di masa depan, tergambar dan dapat diambil oleh klien
sebagai alternatif pilihan. Sebagai contoh: siswa diajak untuk menganalisis
satu jenis pekerjaan mengenai syarat, sarana penunjang yang dibutuhkan,
komposisi kelompok atau sektor kerja yang sejenis, serta penentuan manfaat lain
dari adanya pekerjaan itu. Contoh lain, adalah menyimak tokoh-tokoh sukses;
membandingkan perjalanan hidup tokoh teladan dengan keadaan diri klien; kuis
pesona atau menembak tamu misteri tentang pekerjaannya, berdasarkan
pertanyaan tentang lingkungan kerja, peralatan yang dipergunakannya, dan sektor
pekerjaan yang melingkupinya.
4) Diskusi isu dan aturan
Permainan ini dilakukan dalam bentuk diskusi, dimulai dari
pemilihan dan penentuan masalah utama (isu) atau peraturan hidup yang dihadapi
siswa atau manusia umumnya. Setelah ditentukan, beberapa siswa secara sukarela
diminta tampil sebagai pembicara yang melontarkan pendapatnya atas isu
dimaksud. Pada giliran selanjutnya ditanggapi oleh hadirin; diakhiri dengan
kesimpulan yang bersifat umpan-balik bagi kehidupannya. Walaupun diskusi, namun
masih tetap dalam kerangka permainan yang bersifat tegang atau gembira, dengan
tidak melupakan ciri-ciri permainan di atas tadi.
5) Antisipasi/prediksi gaya hidup
Hal ini merupakan jenis permainan yang menekankan analisis atau
terawangan, cita-cita yang diangankan akan masa depan kehidupan siswa, keluarga
maupun pekerjaan dan keadaan dirinya, berdasarkan pengelolaan informasi diri
dan lingkungan, nilai serta permasalahan yang dihadapi sekarang ini. Sebagai
contoh: siswa dapat menuturkan citacitanya, kemudian ditanggapi oleh siswa lain
atau dosen pembimbing. Tanggapan itu yang memungkinkan siswa penutur melakukan
pertimbangan, mengungkapkan alasan keadaan dirinya sekarang. Contoh lain adalah
siswa menentukan pilihan jenis serta sifat orang yang sekiranya dapat menolong
dirinya di saat diperlukan dalam menghadapi kemelut hidup.
Daftar Pustaka
Amin Budiamin. (1990). Penyuluhan Karir. Bandung: Publikasi
Jurusan PPB
FIP IKIP.
Crites, John O. (1981). Career Counseling; Models, Methods and
Materials.
New York: McGraw-Hill Book Com.
Healy, Charles G. (1982). Career Development; Counseling Through
the
Life Stages. Massachusets, Atlantic Avanue, Boston: Alyn &
Bacon
Inc.
Herr and Cramer. (1979). Vocational Guidance and Career
Development in
the Schools. Boston: Houghton Mifflin.
Dillar, John M. (1997). Life a Long Career Planning. New York:
McGraw-
Hill Book Com.
Mamat Supriatna. (1990). Strategi Belajar-Mengajar. Bandung:
Jurusan
PPB FIP IKIP.
Moh. Surya. (1997). Bimbingan untuk Mempersiapkan Generasi Muda
Memasuki Abad 21; (Pidato Pengukuhan Guru Besar). Bandung:
IKIP Bandung.
Murray. (1983). Cognition and Learning Traditional and Behavioral
Psychoterapy; Handbook of Psychoterapy and Behavoral Change.
New York: Willey.
Prinsip-prinsip bimbingan karir
Prinsip-prinsip
bimbingan karir meliputi :
1.
Pemilihan karir lebih
merupakan suatu proses dari suatu peristiwa.
2.
Pemilihan dan
penyesuaian karir dimulai dengan pengetahuan tentang diri. Individu harus
memahami potensi ,bakat, minat dan kemampuanya.
3.
Bimbingan karir
haruslah merupakan suatu pemahaman diri.
4.
Bimbingan karir
membantu pemahaman dunia kerja dan pekerjaan dalam masyarakat.
5.
Dalam bimbingan karir
termasuk pula pemberian informasi, keterangan mengenai latihan atau pendidikan
yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, berbagai keterampilan dan pola
tingkah laku yang diperlukan untuk suatu pekerjaan.
6.
Bimbingan karir
merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh para konselor dalam memberikan
rangsangan dan bantuan perencanaan karir, membuat keputusan dan penyesuaian
karir.
Prinsip-prinsip bimbingan konseling
karir disekolah adalah :
1.
Seluruh siswa
disekolah hendaknya mendapat kesempatan untuk mengembangkan dirinya dalam
pencapaian karirnya secara tepat.
2.
Program bimbingan
karir hendaknya memiliki tujuan untuk merangsang perkembangan pendidikan siswa.
3.
Setiap siswa hendaknya
memehami bahwa karir itu adalah sebagai suatu jalan hidup dan pendidikan adalah
sebagai persiapan untuk hidup.
4.
Siswa hendaknya
dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang cukup memadai terhadap diri sendiri
dan kaitanya dengan perkembangan social pribadi dan perencanaan pendidikan
karir.
5.
Siswa perlu diberikan
pemahaman tentang dimana dan mengapa mereka berada dalam suatu alur
pendidikanya.
6.
Siswa dalam keseluruhan
hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan antara
pendidikanya dan karir.
7.
Setiap siswa pada
setiap tahap program pendidikanya hendaknya memiliki pengalaman-pengalaman yang
berorientasi pada karir secara berarti dan realistic.
8.
Setiap siswa hendaknya
memilih kesempatan untuk menguji konsep, berbagai ketrampilan dan perananya
guna mengembangkan nilai-nilai dan norma yang memiliki aplikasi bagi karir
dimasa depanya.
9.
Program bimbingan
karir disekolah hendaknya diintegrasikan secara fungsional dengan program
pendidikan pada umumnya dan program bimbingan konseling pada khususnya.
10.
Program bimbingan
karir disekolah hendaknya berpusat dikelas dengan koordinasi oleh pembimbing
disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar